Romy Sastra

Puisi Romy Sastra

Nyanyian Nirmala

tentang malam dibaringkan ke dalam sunyi.
bulan bintang setia di kejauhan,
hujan datang menimpali
adakala awan tak bersahabat dengan musim,
menginginkan curah embun tak cukup membujuk gersang,
dedaunan mati;
berguguran

malam mengetuk pintu fajar,
berpijar dada langit perlaha. dingin bermain biola angin,
dan bunian berkelana di dalam kelam.
tiba-tiba raib entah ke mana?
rama-ramakedinginan di daun melati
memandang kedasih penyanyi

lalu, kedasih dan rama-rama memanggil pagi,
mengajak menari terbang tinggi.
mari, marilah bertengger di sayapku!
kita melihat tarian ilalang tak lelah ditimpa musim
nyanyian nirmala antara malam dan pagi
menyambut cahaya
tuhan meliputi segala kisah

Jakarta, 5 Mei 2020

 

Sejengkal

sekujur tubuh bersimpuh,
tangan tak mampu meraba cahaya,
seberapa lama jam berputar?
Sepanjang arus menyimpan getar

Narasi nadi berkutat taat,
dan mata manatap cinta sepanjang permana,
kubawa-bawa berlari,
kasih berbagi dari remah nan tumpah
sejawat utuh dipandu membaca ; ya hu…

Oh, suara deru di kalbu,
surga dirasa tak jauh di lidah,
pengabadian ilahi ta’ala,
aku merindu

Sejengkal dikejar sangat jauh
terdekat berpendar tak lilin padam
pesta asyik mengusik pelita
aku mencari rumah dari rupa zamrud
tempat duduk malakut bersujud:
ya zuhud jabarut tiada kantuk
kemilau ia-mulk berpagut
cinta berwujud megah;
matilah aku disorot pesona

Jakarta, 22 April 2020

 

Pinjamkan Aku Payung

angin ribut-ribut saja di atas rumah

musim berputar pancaroba,
taman-taman layu,
mata menadah hujan di beranda tak kunjung tiba
melainkan gelegar meruntuhkan awan;
aku ketakutan

panas terik membayang di tengah padang
kapan kau bertandang membawa selendang
untukku berpayung?
bajuku koyak diayak debu jalanan.
aku memungut serpihan di dalam angan.
Ah… harapan, matilah aku ditikam diam

Jakarta, 18 April 2020

 

Perempuanku

perempuanku,
kupinjamkan satu tulang rusukku padamu
atas nama tuhan berkenan
biarkan skenarionya bekerja
dikau menjelma
seperti air mengalir tak sudah
memberi kasih setia

perempuanku,
kau pendamping sepi di kala sedih
penghibur resah di kala susah
sebagai selimut dingin di saat ingin
terima kasih perempuanku
kau penyemangat tiada tara
perhiasan surga turun ke dunia

perempuanku,
kau berikan aku kebahagiaan itu

Jakarta, 30 Maret 2020

 

Madrasah Cinta Al-Qasysyah

madrasah cinta yang karib pada rabi’ah al-adawiyah, mengalun dari padang pasir ke seantero dunia,
mengundang penduduk langit takzim akan keteguhan hati dalam peradaban cinta suci tak tertandingi

cinta digesekkan ke dalam kalbu, dimabuk tuak ilahi siang malam tak kenal waktu.

rabi’ah al-qasysyah membawa obor kematian menuju persemadian rindu, hendak membakar surga
penghalang keinginan ibadahnya. Surga dunia yng dipuja raja-raja telah ia lenyapkan ke dalam takhta
cinta; bermahabbahtullah.

kekuatan cintanya di atas bara-bara api berdoa, bertransformasi menjadi telaga.
al- qasysyah cinta, menatang neraka rela dibakar di dunia seketika, daripada memalingkan hati dari
kekasih.

ya, madrasah cinta dibangun di kastil hati, al-qasysyah adalah pemujaan terbaik, zuhud, ketauhidan cinta
teragung dimilikinya, tak ada lowong dunia yang mampu membujuk bersanding sebagai pendamping
selain kekasih maha raja diraja.

al- qasysyah pergulatan cinta tak bernoda hingga menutup mata

Jakarta, 25 Februari 2020

——————

Romy Sastra lahir di Nagari Kubang, Kecamatan Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Ia berdomisili
di Jakarta Barat. Berkarya di Dapur Sastra Jakarta (DSJ), ikut membina Sastra Bumi Mandeh (SBM)
Pesisir Selatan, dan membina Sanggar Gepadu Gabungan Pena Padu Malaysia. Karyanya masuk di
berbagai antologi puisi bersama. Ia sudah menerbitkan kumpulan puisi tunggal berjudul “Tarian Angin”
Agustus 2019.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×