Rita Krisnawati

Puisi Rita Krisnawati

Saat Bertapa

Roda hidup berputar lancar menapaki masa
namun tiba – tiba musuh tak kelihatan datang
pada tahun angka kembar, menghempas semua
hentikan putaran, dan masuklah semua pada ketakberdayaan
di rumah, menyusun lagi istana,bagai di taman pertama

Merendahlah dari ketinggianmu, congkak tak lagi perlu
buka mata hati pada dunia sekitar
berpinggirlah,nastiti dan ngati ati, niteni
pada semua makna yang dihidangkan
sandangkanlah  selempang, hindarkan dari tepukan dada
Sungguh suatu ujian, bagai di arena peperangan
tanpa tahu di mana musuh mengintai
ketika orang tanpa gejala, datang dan menebarkan panah – panah kehancuran
jaga jarak sosial serasa menjauhkan kelana dari mata air
lalu kemana cinta akan kau sandarkan, begitu jauh jengkal memisahkan

Rumah, benar menjadi pusat kegiatan
setelah sekian lama terabaikan, bagai tempat singgah saja.
kini…bekerja, belajar, dan berdoa
mengisi setiap sudut ruangan
baiklah sejenak menjadi pertapa
hingga pada suatu masa, putaran itu terjalani,hidup kembali

Bantul, Maret 2020

Bersemi

Aku tertunduk lesu,
sambil menghitung jeruji – jeruji yang mengitari rumahku
dan membayangkan wajah – wajah mungil di sana
duduk di bangku tanpa sebaya di sampingnya
tangan mungil dan senyumnya tak pernah hilang dari tatapan.

Hidup bagai di penjara,
menatap kamar kosong tanpa canda dan tawa
tasbih dan kitab terurai dan terbuka
cukup di rumah kau bangun mezbahmu
tak kalah megah ketika bersama mendaraskannya

Adalah pengabdianmu,harus menahan dalam udara kejenuhan
sumbangan di garda terdepan,mematahkan cengkeraman si corona
biar sekejap sajalah di sini
karna semua tercipta baik adanya.
tetaplah setia pada kehendak bersama

Mari siangi kekemarinan
pada cinta yang terabaikan,akan pulih di masa pandemi
rindu segera terbayarkan
larung lesumu dan lepaskan ke lautan semesta
karna jeruji akan bersemi
dan taktala bertemu kembali dengan wajah – wajah polos itu
mulut mungilnya kan berkata:
“ selamat pagi,ibu guru”, makin banyak cinta di wajahmu

Bantul, April 2020

Ada Asa

Tiba- tiba surat itu datang
membawa kabar yang menggelapkan pandang mata
tertulis sejumlah tunai pesangon
lalu mau apa?

Mesin – mesin pabrik tak dihidupkan lagi
tenaga – tenaga tersimpan rapi
pintu – pintu kios rapat terkunci
semua diam dalam persembunyian
bagai kota mati

Kemanakah hendak kau cari lahan penghidupan
taktala beramai – ramai dirumahkan
juga pengharapan dan asa ikut tersimpan
ketidakberdayaan mengembalikanmu pada Sang Sandaran

tak apalah kalau harus berpindah haluan
kerna anak dan istri menanti rezeki
untuk menyambung hidup di esok hari
meski sembako dan bantuan tunai dibagikan
hiruk pikuk penuh aduan
berapa saja yang tertelan?

baik tetap hidup dalam kemandirian.
asa tetap ada,jika daya terupaya.

Bantul, Mei 2020

Suatu Senja Di Pinggiran Kota

Suatu senja di pinggiran kota, antara hiruk pikuk manusia
tergantung dua ikat ketupat dengan wajah sayu di bawahnya
dalam temaram sinar senja
menanti pembeli yang tak kunjung tiba

telah dipetiknya pucuk kelapa
dianyam  harapan, semangkuk opor ayam bagi anaknya
tapi senja telah menenggelamkan semua
orang tak banyak mencari, karna esok hari
di masa pandemi, cukup di rumah saja

Akupun tak bisa mengalirkan rizki padanya
uang di kantong cukup membeli obat asmaku
Andai kutahu, aku memilih membeli ketupat itu
agar tersenyumlah wajah sayu senja itu
mengenggam uang untuk semangkok opor ayam

Sementara kunikmati ketupatku
aku akan diingatkan, manusia tak luput dari lepat
saatnya semua berbuka pintu maaf
bagi sesama yang kilaf

Suatu senja di pinggiran kota
kutanya alamat ibu berwajah sayu
walau aku terdampak pandemi
senja mengajakku berbagi,rumah kan ku datangi
esok hari, supaya juga ia miliki

Bantul, Mei 2020

Pahlawan Pandemi

Saat kita di rumah, duduk bersama sambil bercengkerama,
Para hati mulia tengah menepati janji yang diikrarkannya
menyusuri lorong bangsal demi bangsal
atau berjaga di antara penderita

rindu yang terbendung dalam dadanya
bagi keluarga yang lama ditinggalkan demi tugasnya

Badan terbungkus berlapis alat pelindung diri
agar besuk masih ada cerita bagi perjalanan hidupnya
keringat mengalir di sekujur tubuh
demi mengalahkan corona yang angkuh
musuh yang tak terlihat oleh mata
mengintai semua yang terlena

Saat kau susuri jalan- jalan di toko swalayan
dengarlah pintanya, penuh memohon
“tolong di rumah saja,
bantu kami mencegah merebaknya virus corona
tak kau tahu, aku juga manusia
rindu anak, rindu keluarga
menanti kepulangan kami”

Para hati mulia setia pada ikrarnya
sampai puncak kesabaran pengorbanannya, dan bertanya
“tinggal di rumah atau kalian akan menggantikan kami?”

banyak sudah para hati mulia, gugur dalam tugasnya
seorang dokter muda menunda pernikahannya,namun gugur di perjalanan
sepasang dokter, suami istri meninggalkan keluarga untuk selamanya
atau perawat dengan bayi di kandungnya tak berdaya dalam wabah corona
perawat kembar memupuskan harapan ayah bundanya
semua demi darma baktinya, bagi bangsa Indonesia
gugur dalam tugas mulia
Pahlawan pandemi, damailah dalam istirahat kekalmu.

Bantul, Mei 2020

ND Krisnawati, lahir di Gunungkidul,  18 November 1968. Tinggal Blantikan DK III Gadingsari Sanden Bantul.  No Hp/WA: 082220540444. Email :rndkrisnawati@yahoo.co.id Pendidikan : SD Piyaman II, SMPN 1 Wonosari Gunungkidul, SMAN 1 Wonosari Gunungkidul,  Fakultas Sastra UGM,  UT  Akta Mengajar. Pekerjaan :  2002 – 2005  guru di  SDN Prokerten, 2005 – 2009, guru di SD Kanisius Tirtosari Kretek Bantul, 2009 – 2010  , guru di SD Kanisius Bantul, 2010 – 2013, guru di SD Kanisius Kembaran Bantul. Sejak tahun 2013 menjadi  kepala sekolah di SD Kanisius Kanutan.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×