Sisa Skenario
Sepertinya masih lama
akan ada kejutan-kejutan baru
diluar perhitungan kita
Namanya juga sandiwara
kita tonton saja
sambil tertawa
1 April 2021
Daun Jambu
Aku ingin melihat lagi
Daun jambu samping rumahmu
Apakah masih berdebu
atau gugur jejak-jejak lama
oleh hujan Januari
Sekarang Galunggung terdiam
Lain halnya Merapi
Oh kehidupan
Sungguh tak tahu aku
Wates, 19 Fabruari 2021
Kadal
Binatang ini
masih banyak kita jumpai
di rumah-rumah kita
di rumah-rumah tetangga
tanpa suara mencari mangsa
Ia melata
Mari kita jaga
Jangan sampai masuk istana
Depok, 22 Januari 2021
Sisa Corona
Engkau akan menjemputku di stasiun
Anak-anak riang gembira
Menyambut buah tangan yang kubawa
Malam harinya lampu akan segera kumatikan
Biar semua bermimpi tentang bintang-bintang
Yang kukumpulkan berbulan-bulan
Depok, 30 Maret 2020
Dahlia
Biarlah pasar lama itu hilang
Gadis manis itu juga telah pergi
Tapi aku masih mengenali lorong rumahmu
Hanya berganti warna pagarnya
Hijau pohon-pohonnya juga masih utuh
Teduh, damai, dan tenteram
Seperti dahulu
Di belakang rumahmu jalur kereta menjadi ganda
Roda besi yang berat menggetarkan bumi kanan kiri
Merontokkan embun pagi
Menyentuh pucuk-pucuk padi
Dadaku juga bergetar, hidup kembali
Dahlia
Apa kau sudah lupa pemandangan itu
Gardu tempat kita berteduh
Masih terawat utuh
Rumah-rumah lama dan bengkel sepeda
Masih hangat bertetangga
Matahari hadir saban pagi
Menanti gadis manis kembali
Dahlia
Jika itupun terjadi
Lihatlah, pohon-pohon akan bersemi
Angin mempertemukan putik bunga
Menjadi harapan dari segala harapan
Hidup menjadi lebih hidup
Sampai bumi mempersilakan kita
Aku tahu sebenarnya dadamu berongga
Tatap matamu tak bisa ku ingkari
Sekalipun bergelimang harta
Kau pasti memilih tanganku yang nakal dan hangat
Membakar laut perjalanan kita
Sampai akhirnya kita menyerah pada ranjang kayu pagi hari
Dahlia
Semuanya masih akan berjalan biasa
Merawat rumah kita masing-masing
Membuka pintu membuka jendela
Membuka rindu lupakan usia
Yakinlah, yakinlah kepadaku!
Nanti akan terbukti akhirnya
Di muara menunggu cakrawala
Wates, 27 Februari 2020
ENES PRIBADI atau dikenal juga dengan nama Papi Sadewa, mulai menulis sejak kelas 2 SMA tahun 1977. Awal tulisannya dimuat di Koran Masa Kini, Berita Nasional, Majalah Semangat di Yogyakarta. Kemudian di Koran Suara Merdeka Semarang, dan Majalah Gadis Jakarta. Aktivitas sebagai mahasiswa dan berlanjut menjadi PNS mengalahkan konsentrasinya dari dunia kepenulisan. Alhamdulillah menjelang pensiun, karyanya mulai tumbuh kembali sehingga tulisannya dimuat dalam antologi puisi Penulis Kulon Progo, Antariksa Dada (2008), Nyanyian Bukit Menoreh (2015), antologi Alumni Penyair Rernas, Gondomanan 15 (2016), antologi puisi essai, Sinar Menoreh (2018), dan masih banyak karyanya yang termuat di berbagai antologi bersama.
No responses yet