Pameran BUMI Rumah Kita Ceritakan Darurat Sampah di Bumi

Indonesia adalah penyumbang plastik terbesar kedua di Dunia, total sampah kantong plastik di Indonesia tercatat mencapai 64 juta ton per tahun. Berbagai gerakan digalakkan demi masa mengurangi sampah ini, salah satunya dilakukan Sejauh Mata Memandang dengan pameran BUMI Rumah Kita yang didalamnya diceritakan bagaimana sampah sudah menjadi sangat darurat di Indonesia.

Selain membagikan informasi tentang darurat sampah di Indonesia, pameran ini juga menyediakan kotak penyaluran sampah textile dan anorganik (plastik, produk kecantikan, kaleng, dan kertas) yang akan didistribusikan bersama mitra untuk didaur ulang, disumbangkan, atau diberi kesempatan baru untuk hidup kembali agar tidak menjadi sampah abadi.

Kenapa memilah sampah penting?, Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, Chitra Subiyakto menjelaskan bahwa pemilahan adalah langkah kecil yang bisa dilakukan setiap orang agar sampah tidak menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA). Khusus warga Jakarta, misalnya, TPA Bantar Gebang sudah tidak mampu menerima kiriman sampah warga ibu kota karena kapasitasnya makin terbatas.

“Memilah sampaj memang bukan solusi paling sempurna, tetapi sebagai manusia kita harus melakukannya supaya tidak menumpuk di TPA dan merusak bumi hingga akhirnya meracuni kita,” papar Chitra dalam jumpa pers virtual Pameran BUMI Rumah Kita pada 6 Mei 2021 lalu.

Ia menyatakan sebagai manusia yang numpang hidup di Bumi, sudah semestinya tidak pulang dengan meninggalkan jejak yang sulit diatasi. Dalam kasus ini, ia menyebut plastik, terutama plastik sekali pakai. Memilah sampah adalah langkah penting agar plastik bisa dimanfaatkan lebih lanjut.

Tetapi, tak semua orang memiliki pengetahuan maupun kesadaran tentang pemilahan sampah. Maka, Chitra memanfaatkan pameran sebagai media untuk mengedukasi masyarakat lebih dalam. Dalam pameran yang berlangsung mulai 29 April sampai 1 Agustus 2021 di Mal Senayan City itu, para pengunjung bisa membawa sampahnya dan memasukkannya ke drop box yang tersedia.

“Ada dari kantong plastik, bubble wrap, kaleng, produk kosmetik, sampai tekstil. Semua nanti diolah lagi supaya tidak sampai ke Bantar Gebang,” ia menjelaskan.

Pameran itu berkolaborasi dengan sejumlah brand yang akan mendaur ulang sampah yang terkumpul. Pertama adalah Rekosistem yang merupakan partner dalam mendistribusikan dan mengolah sampah yang terkumpul pada pameran Bumi Rumah Kita. Anda juga dapat berpartisipasi dengan mengirimkan langsung sampah anorganik dengan menggunakan aplikasi Rekosistem.

Atau juga bisa dikirimkan lewat ojek online ke sini. Sebaiknya yang dikirim ke sini adalah yang sudah dibersihkan ya,” kata Chitra.

Partner kedua adalah Rebricks yang menciptakan inovasi dengan mendaur ulang sampah sachet menjadi paving block. Ketiga adalah Mortier, label yang mendaur ulang tutup botol menjadi beragam perabot rumah tangga. Sementara, Alvin T akan mendayagunakan ulang sampah tekstil dan kayu bekas menjadi furnitur baru.

“Kita juga ada Setali yang mendaur ulang sampah tekstil menjadi karpet anyam dan Pable yang mendaur ulang sampah tekstil menjadi bahan baru,” sambung dia.

Tak hanya para partner yang berinovasi menggunakan sampah-sampah tersebut, Chitra bersama partner dalam pameran itu juga memanfaatkan properti pameran sebelumnya untuk digunakan kembali dalam pameran tersebut. “Dari lantainya, dindingnya, semuanya di-upcycle supaya dipakai lagi,” ujar dia.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×