Komunitas Ambyar Yang Tampil di Sastra Bulan Purnama, foto Indra

Valentine Ambyar di Sastra Bulan Purnama

Sastra Bulan Purnama edisi 101 sengaja dibuat ambyar. Namun bukan berarti berantakan, sehingga penyelenggaraan Sastra Bulan Purnama menjadi kacau. Ambyar dalam arti, para penampil yang membacakan cerpen karyanya, semua mengambil tema patah hati, dan diselenggarakan saat hari Valentine, 14 Februari 2020 di Tembi Rumah Budaya, Sewon, Bantul, Yogyakarta.

Komunitas Ambyar Yang Tampil di Sastra Bulan Purnama, foto Indra

Komunitas Ambyar Yang Tampil di Sastra Bulan Purnama, foto Indra

Para penampil, yang membacakan cerpen dalam buku berjudul ‘Firdaus yang Hilang’, semuanya perempuan, dan mereka penggemar lagu-lagu Didi Kempot. Maka, mereka menyebutnya sebagai “Komunitas Ambyar”, dan valentine betul-betul ambyar, dalam arti mereka semua seolah seperti ABG, yang penuh tawa dan penuh polah, padahal semuanya sudah berkeluarga, dan ada yang sudah mempunyai cucu.

Rupanya, sastra ditengah suasana ambyar, malah menyatukan dan memberikan rasa bahagia di antara sesama. Anggota yang lain, yang tidak bisa datang ke Tembi Rumah Budaya, seperti Endah Raharjo, memilih melihat melalui streaming Sastra Bulan Purnama, dan mengabarkannya melalui dinding Facebook-nya, yang dilengkapi fotonya.

Rani Februandari, Yeni Mada dan Ninuk Retno Raras, foto Indra

Rani Februandari, Yeni Mada dan Ninuk Retno Raras, foto Indra

Sastra Bulan Purnama edisi 101, sejak sore sudah dipenuhi hujan deras, bahkan di tempat-tempat lain disertai angin kencang, sehingga ada pohon tumbang, dan di beberapa titik sedikit banjir, atau mungkin bisa disebut sebagai air menggenang di tengah jalan. Dalam suasana seperti itu, Sastra Bulan Purnama tetap berjalan seperti biasa. Tentu, yang hadir tampak bajunya basah, namun demikian mereka berbaur bersama.

Mungkin hujan yang begitu deras, sejak Sastra Bulan Purnama belum dimulai, sehingga tidak banyak pecinta sastra yang datang, setidaknya seperti setiap Sastra Bulan Purnama diselenggarakan. Bukan kali ini hujan meggguyur Sastra Bulan Purnama. Hanya saja, biasanya, hujan turun di tengah acara, atau malah setelah acara selesai, hujan turun.
Mengawali penampilannya, Rani Februandari membacakan cerpennya yang berjudul ‘Firdaus yang Hilang’. Nama Firdaus memang nama mantannya, sehingga, setidaknya seperti kata Rani, Firdaus tahu kalau cerpen itu untuknya. Rani, yang baru saja menyelesaikan S3, tambah bahagia dan tertawa lepas sambil membacakan penggalan cerpennya. Artinya, tema patah hati tidak identik dengan kesedihan, atau mengharu biru. Malah, bisa menertawakan masa lalu yang pernah dialami.

“Acara ini sungguh spesial bagi saya, karena sekaligus hari ini ulang tahun saya, sehingga ini merupakan kado terindah untuk saya,” ujar Rani sambil tertawa.
Seperti halnya Rani, pembaca lainnya, Savitri, Ninuk Retno Raras, Ida Fitri, Yeni Mada, Yuliani Kumudaswari, semuanya tampil dengan rasa gembira, sehingga rasa sedih tidak terlihat dari para penampil yang membacakan cerpen karyanya.

Syarif Hidayatullah mengiringi Yeni Mada membaca cerpen, foto Indra

Syarif Hidayatullah mengiringi Yeni Mada membaca cerpen, foto Indra

Umi Kulsum, yang tampil membacakan cerpen karyanya sambil menghadirkan latar belakang tarian, seolah hendak memghidupkan cerpen yang dibacakan, sekaligus memberi tekanan, bahwa cerpen perlu dibaca dengan riang, tidak dengan duka atau sakit hati.

Yeni Mada, tidak ingin terbawa suasana patah hati. Maka, dalam membacakan cerpennya diiringi petikan gitar. Yeni seperti ingin mengungkapkan pengalaman hidupnya dengan rasa senang, dan petikan gitar adalah tanda dari rasa senang itu.

Komunitas Ambyar kali ini memang berbeda dalam memaknai Valentine dan ingatan akan patah hati. Hal yang sudah berlalu hanya secuil kisah yang tidak perlu diratapi, justru sebaliknya, jalan kebahagiaan yang perlu ditempuh, dan Sastra Bulan Purnama, sebut saja, adalah tempat pemberhentian dari perjalanan yang membahagiakan, dan memang mereka seperti kembali seperti ABG. Penuh canda, tertawa lepas dan saling berpelukan. Sastra memang (selalu) membahagiakan.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×