Puisi Alfa Amorrista

Sebuah Salah

Salah menjadi kata bagi tubuhnya,
Renta menjadi identitas di mata lainnya.
Mereka bilang, tidak lagi ada surya pada kekuatannya.
Pemakaman jadi liang dalam alam pikir manusia.
Tak tersampaikan lagi kesempatan pada suratan,
Baginya, serigala selalu dipercayai soal pengkhianatan,
Tidak ada satu pun yang mau mengingat dan melekatkan.
Bahkan ingatan tak sudi bergoyang dalam bayang-bayang,
Dibiarkannya ia mati sebagai layang-layang,
Kata mereka, dia tidak layak dikenang.
Salah menjadi alasan untuk membakar baiknya,
Teman menjadi sukar atas seluruh rasa sakitnya,
Tak ada bahu tempatnya rebah, tempatnya mengaku,
Yang dihadiahkan padanya adalah mati kaku,
Selalu dalam pikirnya, manusia ada kalanya keliru,
Mereka adalah manusia yang membuatnya diam tanpa laku,
Tinggallah ia di rimba, tempat rerumputan semu.
Tinggallah ia di suatu arena, zona tanpa senyawa,
Di mana sepi menjadi udara,
Sebab salah adalah setitik dilema,
Di awal dan akhir cerita.

Yogyakarta, 2 Oktober 2019

 

Pulang

Tempatmu masih lapang.

Surga penantianmu bukan lagi bayang.
Awan paling nyaman adalah ruang,
Di mana pelukan hangatmu pantas dikenang.

Pundak yang kian dinantikan,
Pelepasan seluruh lelah di angan,
Penjaga dalam tiap denyut harapan.

Petuah yang lahir dari belaian,
Hembus napasmu dalam setiap untaian,
Doa yang kau ucap setiap kali bayang ini didapatkan,
Pulang dalam kerahiman,
Pulang dengan sejuta luapan.
Bahagia menjadi bekal dalam perjalanan.

Tiada lagi topeng yang merenggut kesempatan,
Lelah ini pergi dan tempat bermain ini dikembalikan,
Kebebasan menjadi permadani atas segala ingatan,
Pulang menjadi penantian yang melapangkan.

Jangan meloloskan kesibukan,
Hati yang remuk segera dipulihkan,
Pencarian menemukan sebuah temuan,
Tiap keluhan menemukan jalan penyembuhan,

Atas nama hati yang selalu berpulang,
Akan selalu ada hati yang merindukan kunang-kunang.

Yogyakarta, 2 Oktober 2019

 

Kumpulan Resiko

Ke surga saja supaya nyaman.
Di mana jalan setapaknya tanpa durian,
Di mana pelitanya bukan hujatan,
.
Kumpulan resiko, beginilah kata mereka tentang hidup,
Yang hingar bingarnya tak pernah redup,
Sejak seorang mati dan seorang lagi memulainya dari kuncup,
Sejak seorang ingin kembali bangkit, namun pintu terlanjur ditutup.
.
Kumpulan resiko, kata mereka yang mati-matian patuh,
Padahal kesempurnaan masih menjadi permata yang jauh,
“Takkan bisa pikirmu bahagiakan mereka”,
Beginilah suara dari mereka yang pernah jatuh pada rasa jenuh,
Yang mati-matian membahagiakan lainnya dengan penuh peluh,
Yang terhenyak dengan nyata dunia yang penuh keluh,
Rasakanlah suatu keruh.
.
Ke surga saja supaya nyaman.
Di mana jalan setapaknya durian,
Di mana pelitanya bukan hujatan.

Yogyakarta, 5 Oktober 2019

 

Tari Imajinasi

 

Keberadaan tersembunyi,
Ruang yang tak lekang soal ilusi,
Tentang diri ini yang tak bisa berbohong lagi,
Tentang hari yang kuingini,
Di mana aku ingin menari bersama imajinasi.

Tak ada tembok yang melukai mimpi,
Akan selalu ada kamu yang tinggal di sini,
Takkan ada lagi pencarian malam hari,
Takkan ada lagi kegelapan di sisi,
Akan selalu ada kamu yang hidup layaknya mentari,
Akan selalu ada kamu yang berikan aku embun pagi,
Sampai nanti, hingga kamu dan aku bukan lagi tentang imajinasi.

Jogja, 22 November 2019


Berbagi Nyawa

Di seberang sana, sebuah pertaruhan bertahta.
Di ambang batas yang ada, seseorang mencari donor nyawa,
Bagi yang dicinta dan diperjuangkan adanya,
Lelah dibelah, air mata diberhentikan paksa.

Cinta menjadi kaki,
Walau ada duri,
Walau rasa takut itu tak bisa digambar dalam puisi,
Ada suatu kelegaan yang coba dinanti,
Kapan bisa mengisi?

Hati diiris oleh sepenggal nadi,
Terlalu muda untuk rasa sakit itu, wahai dini hari,
Izinkan malaikatMu tiba hari ini,
Menjadi pelita dan matahari bagi bait yang kutulis pagi ini,
Menjadi rembulan yang mampu menutup selaput penantian ini,
Menjadi langit merah jambu bagi pasrah yang berderai kini,

5 Desember 2019

 

Alfa Amorrista

Alfa Amorrista

Alfa Amorrista, lahir di Bandung, 20 Maret 1996, tetapi asal dari Yogyakarta, kini sedang mengembangkan kecintaannya menulis melalui alfamorrista.blogspot.com. Di dalam blog pribadinya, ia telah mengeluarkan beberapa antologi puisi digital bertajuk Seruan Parade, Moksa, Matahari dan Senja. Bulan Maret lalu, ia menghadirkan buku antologi pertamanya berjudul Metamorfosis dan 14 Februari 2020, ia mengeluarkan antologi keduanya berjudul Takkan Ada Yang Ditinggalkan bertepatan dengan momentum valentine. Alamat: Jl. Kaliurang KM.7, Yogyakarta. Email: wooy.alfa@gmail.com. Instagram @amorristaalfa.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×