Ledek Sukadi (perupa) dan Liek Suyanto (pekerja teater)

Tembi, Dana Kemanusiaan Kompas dan Seniman Yogya

Tim dari Dana Kemanusiaan Kompas (DKK), Senin 18 Mei 2020 sekitar pukul 09.30 tiba di Tembi Rumah Budaya mengantar bantuan sembako untuk seniman, yang diajukan Tembi melalui Komunitas Sastra Bulan Purnama. Satu jam setelah itu, secara bergantian sejumlah seniman, terutama dari kalangan teater, perupa dan sastra, datang ke Tembi untuk mengambil sembako.

Para seniman datang secara bergantian. Gentong Hariono, Liek Suyanto, keduanya pekerja teater yang usianya sudah lebih dari 70 tahun, datang tidak bersamaan. Kemudian disusulAgus Isianto, pekerja teater, dan seniman lainnya.

Sejak Tembi dibentuk tahun 2000, memang banyak melakukan interaksi dengan seniman Yogyakarta. Bahkan, bukan hanya seniman dari Yogya, namun juga seniman dari kota-kota lain, juga seniman dari  negara lain. Persahabatan Tembi dengan para seniman, baik sastrawan, perupa, seniman musik, seniman tradisi terus dijaga sampai hari ini.

Bermacam kegiatan diselenggarakan di Tembi Rumah Budaya, untuk memberi ruang para seniman, sekaligus sebagai interaksi antara  seniman dan Tembi. Hampir setiap minggu selalu ada kegiatan kesenian, pameran, pentas musik, pentas ketoprak, pertunjukan wayang, pembukaan pameran, macapat dan ditambah pertunjukan sastra.

Selalu saja, setiap minggu, secara bergantian diselenggarakan pentas kesenian dalam bentuk yang berbeda-beda. Masing-masing pertunjukan memiliki komunitas yang berbeda, sehingga, bisa dikatakan, berbagai macam orang melakukan interaksi dengan Tembi. Tentu untuk kepentingan berbeda-beda. Belakangan, ada tamu yang melakukan interaksi dalam bentuk menginap di Tembi, makan di restoran, atau mempunyai hajat pernikahan, dan mengambil tempat di Tembi, atau sekadar berenang saja.

Persahaban dengan seniman terus dijaga, baik secara personal maupun secara institusional. Berbagai macam kegiatan yang melibatkan seniman, adalah cara bagaimana menjaga persahabatan tersebut, selain, tentu bertemu secara pribadi.

Tembi  juga mempunyai persahabatan dengan Kompas, apalagi sejak tembi mulai berdiri, kegiatan yang diselenggarakan seringkali diliput Kompas, sehingga persahabatan dengan wartawan dan redaktur Kompas tambah erat.  Apalagi pendiri Tembi adalah wartawan senior Kompas.

Namun bukan karena itu, Tembi menghubungi Kompas, dalam hal ini Dana Kemanusiaan Kompas (DKK), tetapi lebih karena bagaimana persahabatan antarlembaga dan seniman terus dijaga. Maka, dalam krisis pendemi ini, Tembi mengontak DKK untuk memberi bantuan kepada para  seniman yang terkait dengan aktivitas di Tembi.

Nuranto, Ketua Yayasan Rumah Budaya Tembi meminta saya menelepon Kiki, panggilan Fitricia Yuanita dari DKK.

Ratih Alsaira (perupa) dan Tedy Kusairi (sastra jawa)

Ratih Alsaira (perupa) dan Tedy Kusairi (sastra jawa)

“Mas Ons tolong buat surat  pengajuan dan disertai list nama yang akan mendapat bantuan. Surat pakai nama komunitas seniman,” kata Fitricia Yuanita dari DKK ketika saya meneleponnya.

Memang tidak bisa semua seniman diajukan untuk dibantu. Apalagi tidak semua seniman, meski terdampak, mengalami kesulitan yang begitu tajam. Kiranya, yang mendapat bantuan ini juga tidak begitu sangat menderita. Ini adalah cara bagaimana persahaban perlu terus dijaga. Ada sekitar 100 seniman, baik sastrawan maupun perupa, yang mendapat bantuan. Anggap saja sebagai sampling Tembi dan DKK menjaga persahabatan terhadap semua seniman.

Sengaja, yang dipilih seniman yang tinggal di Yogya. Kalau melibatkan penyair/sastrawan yang tinggal di luar kota, dan sering tampil di Sastra Bulan Purnama, atau perupa yang tinggal di luar kota dan pernah pameran di Tembi, secara teknis agak sulit melakukan distribusi. Mudah-mudahan seniman lain di luar Kota Yogyakarta ada jalur sendiri untuk mendapatkan bantuan.

Tidak semua penyair yang tinggal di Yogya mendapatkan bantuan ini, tetapi bukan berarti Tembi melupakan, lebih karena persoalan teknis pendataan, dan mungkin saja, seniman-seniman lain memang sudah mendapat bantuan dari jalur lain, sehingga perlu dialihkan pada seniman lain.

Krisis pendemi covid-19 ini seolah membuat semua orang berjarak. Secara fisik barangkali memang berjarak, dan harus berjarak agar virus tidak mudah menyebar, sekaligus untuk memutus mata rantai corona. Tetapi secara sosial dan kultural kita tetap terus menjaga persahabatan.

Di area Sastra Bulan Purnama persahabatan dijaga melalui pertunjukan sastra Poetry Reading From Home, dan kepada perupa, secara personal sering melakukan guyon, termasuk juga melalui group WA dan media sosial lainnya. Bantuan ini adalah cara lain lagi, bagaimana Tembi dan seniman terus menjaga persahabatan.

Hal yang lebih penting, bukan bentuk bantuan yang tidak seberapa yang diperhatikan, namun sebagai tanda persahabatan agar tidak punah. Biar corona yang segera punah, supaya kita bisa bersama bertemu di Tembi menyajikan berbagai macam karya dari para seniman. (*)

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×