Ruang Publik Seni Budaya Pasca Pandemi

Bentara Budaya bekerjasama dengan Kognisi KG menyelenggarakan diskusi daring melalui media zoom dengan tema “Ruang Publik Seni Budaya Pasca Pandemi” dengan menghadirkan pembicara Dr.Hilmar Farid (Dirjen Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan), Ade Darmawan (Seniman, Kurator, Anggota Ruang Rupa), Ratri Anindyajati (Produser Seni Independen dan Program Manajer Indonesia Dance Festival) dan Yori Antar (Arsitek, Pendiri Rumah Asuh).

Diskusi ini berangkat dari serangkaian pertanyaan, diantaranya pentingkah membangun ruang publik kebudayaan, kemudian memaknai kehadiran ruang publik seni budaya selepas pandemi covid-19, para pembicara memberikan pandangannya dari pengalaman mereka masing-masing, sejak pandemi terjadi menurut data dari situs resmi Koalisi Seni pada akhir April 2020 silam tercatat ada 234 acara seni yang dibatalkan atau ditunda, tak hanya peran para pelaku seni, peran Negara juga sangat penting demi keberlangsungan hidup dan berjalannya karya-karya dari para pelaku seni.

Hilmar Farid dalam diskusi mengatakan, membayangkan ruang publik kedepan yang perlu dicatat adalah jika diperhatikan yang perlu diperhatikan terhadap rutinitas pekerjaan juga kegiatan dirumah, pembentukan publik terkait waktu, publik muncul karna ada waktu luang, karena ada waktu luang publik menyaksikan seni dan budaya, kemudian muncul problematik bagaimana sebenarnya hubungan seni dan publiknya.

“Kalau mau mengejar kembali tatanan seperti seperti sebelumnya, seniman pandai menawarkan apa yang ia miliki, dengan target penjualan karcis dan lain-lain ini akan sulit, bukan hanya karena ruang tutup, tapi daya beli dan hasrat untuk menonton akan berkurang. Teater di Eropa sekarang bangku-bangku dicabutin, perubahan-perubahan seperti ini yang akan kita lihat dalam dua tahun kedepan, lalu kita mau buat apa begitu kira-kira,” paparnya

Kesenian dalam proses pembentukan publik dirasa Hilmar menjadi satu isu yang tidak memiliki jawaban tunggal, teman-teman dirjen kebudayaan mencoba menangkap aspirasi dari teman-teman seniman dan pelan-pelan bersama-sama menangkap batas-batas dan merumuskan langkah-langkah terbaik untuk menghadapi problem yang sedang dihadapi sekarang.

Yori Antar memberikan pengantar tentang bagaimana ia dan Rumah Asuh mencoba melestarikan rumah adat nusantara, kemudian terus menggerakan pembangunan ruang publik terbuka hijau untuk kegiatan seni budaya, salah satu project yang sedang dikerjakan adalah merubah pelabuhan bernuansa industri menjadi pelabuhan pariwisata kelas dunia, beberapa peti kemas kemudian dijadikan ruang seni dan budaya.

Beberapa pandangan lain juga dikemukakan pembicara demi keberlangsungan seni dan budaya pasca pandemi, jika ditanya apa yang dilakukan pemerintah untuk ruang seni pertunjukan, Hilmar menjawab, saat ini Dirjen Kebudayaan membuka kanal online menghadirkan karya dari teman-teman, dan saat ini ia sedang berbicara dengan beberapa dinas terkait jug ataman budaya untuk mengembangkan program.

Dibulan Oktober nanti akan diselenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional, ia berharap bisa sebanyak mungkin seniman bisa terlibat dalam kegiatan ini, ada juga program dengan TVRI mengajukan beberapa pertunjukan online, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan yang dibuat oleh Menteri Kesehatan.

Sementara untuk bantuan kepada seniman, tim Dirjen Kebudayaan sudah melakukan pendataan, sebutannya bukan bantuan sosial karena menurut Hilmar itu birokrasi Kementrian Sosial, “kita hanya membantu saja, baru ada 22 ribu orang sudah diberikan bantuan, kita akan membuat anggaran lagi untuk bisa memberi kepada lebih banyak lagi.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×