Tanaman sayuran siap panen-foto-a.sartono

KETIKA SEMUA BERHENTI (LESU)

Ketika wabah Covid-19 menerjang semua bangsa dan negara, semua orang nyaris tak berkutik. Obat untuknya masih sulit ditemukan. Semua terdampak. Sektor ekonomi, khususnya bidang pariwisata dan swasta bisa dikatakan paling merasakan dampak ini. Banyak perusahaan mandeg. Tidak ada daya sama sekali.  Banyak karyawan terpaksa dirumahkan. Tidak ada kegiatan dan tentu tanpa penghasilan pula. Kecemasan, kegelisahan menjadi momok berikutnya setelah momok berupa virus yang tidak bisa dilihat mata itu. Berkurung di rumah menjadi semacam penjara. Apa mau dikata. Itulah yang melanda dunia.

Dalam kondisi sulit, pahit, dan berat seperti itu Tembi Rumah Budaya mencoba terus bertahan. Ada sesanti yang menjadi pegangan di lembaga ini yang berbunyi, mengko rak ya ana (nanti pasti ada). Sesanti yang pernah disampaikan almarhum P Swantoro ini pada banyak sisi menumbuhkan rasa optimisme. Menumbuhkan harapan dan keteguhan hati untuk terus bekerja. Hal demikian sesuai pula dengan pepatah Jawa, obah mamah ndregil ngemil (bergerak/bekerja akan mengunyah cerdik akan ngemil). Pada sisi-sisi semacam ini manusia dituntut untuk tidak menyerah. Ikhtiar adalah sesuatu yang memang harus dijalani atau dilakukan oleh setiap manusia. Manusia tidak bisa berdiam diri saja. Tidak pula melulu mengharap-harapkan bantuan. Sejauh ia sehat dan kuwat, manusia harus berusaha dan terus bekerja. Tanpa itu jangan pernah berharap untuk mendapatkan sesuatu. Sebab orang yang tidak bekerja memang tidak pantas untuk ikut makan. Pendek kata, siapa tidak berkontribusi jangan pernah mengharapkan pembagian roti.

Ketika semua unit atau organ tidak lagi bisa beroperasi, semua perangkat atau alat dan seluruh kompleks tempat dimana organ itu beroperasi tentu harus dijaga dan dirawat. Hal itulah yang dilakukan di Tembi Rumah Budaya. Setelah New Normal, Tembi kembali membuka diri untuk kembali beroperasi. Tentu keadaannya tidak atau belum bisa seperti semula mengingat seluruh dunia masih lesu dan tidak bisa lepas dari bayang-bayang hantu Covid-19. Sekalipun demikian, perawatan dan pengisian kegiatan yang bermanfaat harus dilakukan. Untuk itulah, Tembi kemudian melakukan kegiatan bertani atau berkebun. Ada banyak tanaman konsumsi yang ditanam di Tembi. Mulai dari kacang panjang, cay sim, tomat, mentimun, cabai, pare ayam, dan kangkung. Kini tanaman itu mulai berbuah. Tinggal menunggu saat panen. Sekalipun belum bisa berproduksi melimpah, namun hal itu menumbuhkan harapan untuk melangsungkan kehidupan. Mengko rak ya ana pada titik tertentu telah menunjukkan realisasinya.

Pohon pisang sudah berbuah-foto-a.sartono

Pohon pisang sudah berbuah-foto-a.sartono

Pada sisi lain, budaya agraris sesungguhnya budaya masyarakat Jawa atau Nusantara pada umumnya. Seperti lepas mata rantai jika masyarakat tidak lagi memiliki jiwa keagrarisan itu. Gaya hidup modern yang serba elektronik dan mekanik seperti mencerabut masyarakat dari budaya agrarisnya. Bahkan jejaknya pun kelihatan hanya samar-samar (untuk tidak mengatakan tidak ada sama sekali). Orang menjadi gagap dengan tanaman dan tanah. Ketika dunia modern tersebut “dipaksa” berhenti sejenak orang pun tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Pada sisi ini apa yang disebut ekonomi modern yang mendasarkan diri pada beredarnya uang menjadi tidak berdaya. Lebih-lebih karena memang banyak perusahaan bangkrut dan orang pun tidak memiliki uang lagi. Pada titik inilah komoditas pertanian menjadi begitu penting karena ia menyediakan basis dasar kebutuhan hidup, yakni makan. Ketika semua berhenti, ketika tidak ada lagi uang, maka beras, sayur dan sejenisnya adalah tolehan utama manusia. Ia tidak akan menoleh pada hal yang lain sebelum beras atau makanan itu diperolehnya. Oleh karena itu, ada baiknya tidak menyia-nyiakan lahan dan menyia-nyiakan hidup tanpa bekerja.

Ketika wabah Covid-19 menerjang semua bangsa dan negara, semua orang nyaris tak berkutik. Obat untuknya masih sulit ditemukan. Semua terdampak. Sektor ekonomi, khususnya bidang pariwisata dan swasta bisa dikatakan paling merasakan dampak ini.

Ketika wabah Covid-19 menerjang semua bangsa dan negara, semua orang nyaris tak berkutik. Obat untuknya masih sulit ditemukan. Semua terdampak. Sektor ekonomi, khususnya bidang pariwisata dan swasta bisa dikatakan paling merasakan dampak ini.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×