Rissa Churria

Puisi Rissa Churria

Purnama Di Atas Stupa

Bulan sudah di penanggal
Borobudur masih tenang diam
Di atas stupa ada purnama merona
Melambaikan tangan melempar senyum

Ribuan sampur berdatangan
Tarian dan gamelan bersahutan
Gending tetabuhan riuh bergantian
Sementara dupa hadir sebagai wangian

Ini adalah purnama pertama
Terlewati sepanjang perjalanan
Walau bisu diam dating bertandang
Indahnya menabuh rindu untuk datang

Di atas stupa ada purnama
Terpenggal di antara bayangan
Kadang lesap dalam gugusan awan
Memberi warna dan sebentuk harapan

Satu satu telah tercatat
Dalam lingkaran kabisat
Selalu saja ada sebuah hakikat
Setiap langkah menjadi pengikat

Magelang, 15.02.20

 

Gemuruh

Ada yang diam diam datang
Saat matahari tenggelam
Pun cahaya benderang
Dari arah timur

Wajah misteri
Bernama pandemi
Lantas menghakimi
Tiap tubuh yang didiami

Mulanya dia hidup sendiri
Pecah pada satu negeri
Merantai kehidupan
Mati perekonomian

Siapa kau melekat
Di antara bangkis dahak
Menempel pada benda benda
Lalu berpindah pada tubuh baru

Kau tetap membisu dalam gerik
Gerakmu tak terlihat; menjerat
Melumpuhkan; mematikan
Serupa pasukan perang
Menyerang diam
Diam

Ah
Corona
Pesonamu tak kira
Merusak segala tatanan
Riuh menjadi kesenyapan
Semua mulai dirumahkan
Tak ada jabat tangan
Atau sekadar cium pipi kanan

Kau tarik keramaian dalam diam
Cekam mencatat segala keinginan
Bergemuruh di tiap jiwa yang rapuh

Bekasi, 04.04.20

 

Tugu Penantian

Mustikah aku menunggu di tugu penantian
Pada setiap pergantianmu simtak tentu
Pandemi serupa rinai hujan
Turun di tiap kelokan
Memberi pesan

Setubuh dengan kita
Seketika semua lumpuh
Masjid, gereja, wihara tertutup
Aku masih berdiri di tugu penantian
Menunggu kau kembali pulang ke muasal

Tak seperti hari kemarin, jalan begitu lengang
Apa yang terjadi, wajah-wajah berpaling
Tak berani saling memandang
Bersalaman atau berpeluk
Menyatukan jiwa

Di tugu itu
Berdiri tenaga medis
Garda terdepan memeluk renik
Di dahi dan jubahnya bergambar batu nisan
Menjadi prajurit melawan wabah yang menggila

Pengabdian berbalutk eberanian ditikam cekam
Tetap berjaga walau nyawa sebagai taruhan
Di tugu penantian semua menunggu
Dengan debar dan denyar
Hingga pandemic berlalu

Bekasi,05.05.20

 

Sehelai Daun

Menguning lalu jatuh
Sehelai daun diguyur hujan
Meski serak parau suaranya
Tetap tawadu dan setia di sana

Dia menerima ketentuan
Tak mengelak segala takdir
Adakah kita menjadi mereka
Hadir apa adanya bukan ada apa

Meski di tebing katil cuaca
Badai mengombang ambing
Rupa-rupa tujuan: tarik menarik
Hitam putih kosong atau isi sama

Helaidaun yang jatuh
Takpernahmemilihluruh
Serupakitaingintetapteguh
Merekatnya agar kembaliutuh

Inilah perihal tuturan
Nenek buyut kepada kita
Bahwa,”urip mungsak dermo,
Mampir ngombe nang donya”

Lubang Buaya,2020

 

Lanskap Sritanjung

Sebatang janji
Patah oleh melodi
Setangkup kesetiaan
Tak cukup pembuktian

Darah menjelma kepiluan
Inilah lanskap Sritanjung
Bertutur tentang darah
Bercakap sederhana
Bilah penghianatan
Dan kesetiaan

Banterang
Matanya menyala
Memerah wajahnya
Menahan gejolak jiwa
Logika tertutup prasangka

Wajah Sritanjung tengadah
Memandang langit lautan arwah
Jerit dan amarahnya bergantian
Membebat kendit di pinggangnya
Sambil berujar tentang cinta: setia

Mata keris itu menjadi buta seketika
Darah Sritanjung penuh tanda tanya
Terkulai tubuh bersama setianya
Di sepanjang aliran sungai
Menjerit Banyuwangi

Cibinong, 18.11.19

Rissa Churria, biasa dipanggil Ummi Rissa, tinggal dan menetap di Bekasi. Kegiatan sehari-hari adalah  tenaga pengajar. Aktif sebagai pegiat sastra Komunitas Forum Sastra Bekasi, Dapur Sastra Jakarta, Ziarah Karyawan Indonesia – Malaysia dan di beberapa komunitas sastra Nusantara lainnya. Karya yang telah diterbitkan dalam Antologi Tunggal : Harum Haramain, Kumpulan Puisi Perempuan Wetan, Blakasuta Liku Luka Perang Saudara, Matahari Senja Di Bumi Blambangan (2020 sebagai anugerah buku dari KPSI).

Puisinya ada di lebih dari 60 antologi bersama, di antaranya adalah: Splash : Antologi Puisi Berbahasa Inggris – Penerbit Book Clinic, India, Palung Puisi, Segara Sakti Rantau Bertuah – Jazirah 2, Jazirah 3, Matahari di Bumi Blambangan (Cerpen dan Puisi Pilihan Radar Banyuwangi 2018), dan lain lain. Fb. Rissa Churria (Ummi Rissa). HP 081287812264

Category
Tags

One response

  1. Terimakasih Tembi Rumah Budaya sudah memuat karya yang saya kirimkan.
    Semoga Tembi Rumah Budaya makin berjaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×