Yuliani Kumudaswari

Kepada Paitua di Bulan Purnama

‘Kepada Paitua’ adalah judul  buku puisi karya Yuliani Kumudaswari, seorang perempuan penyair yang tinggal di Semarang, dan merupakan buku tunggal ke-5 yang telah diterbitkan. Puisi-puisinya, selain tergabung dalam sejumlah antologi puisi bersama, juga dipublikasikan di media cetak dan online.

Buku puisi tersebut akan diluncurkan di Sastra Bulan Purnama edisi 106, dalam format Poetry Reading From Home seri 4, Senin 6 Juli 2020, pukul 19.30 di kanal Youtube Sastra Bulan Purnama.

Puisi dalam buku ‘Kepada Paitua’ akan dibacakan oleh beberapa perempuan yang memiliki profesi berbeda-beda, dan tinggal di kota yang tidak sama. Mereka adalah Rosana Hariyanti (Malang), Yeni Mada (Pontianak), Retno Darsi Iswandari (Australia), Diah Rofika (Jakarta), Endah Raharja, Endah Sr, Ida Fitri, Ninuk Retno Raras, Rani Februandari, Savitri Damayanti (Yogyakarta), dan seorang aktor dari Yogyakarta, Landung Simatupang.

Puisi-puisi Yuliani, dalam pertunjukan digital ini juga akan digarap menjadi lagu oleh seorang penyair sekaligus guru SMP di Ngluwar, Magelang, Daladi Ahmad nama penyair-guru tersebut, dan juga diolah menjadi satu pertunjukan tari dan musik oleh kelompok, yang menamakan diri Jam Malam Yogyakarta.

Ninuk Retno Raras, Yeni Mada, Endah Sr, Ida Fitri

Ninuk Retno Raras, Yeni Mada, Endah Sr, Ida Fitri

Tentu, Yuliani Kumudaswari, tidak ketinggalan akan membacakan beberapa puisinya untuk mengawali pertunjukan seri poetry reading from home ini.

Angka 4, dalam Poetry Reading From Home seri 4 ini, karena acara ini diselenggarakan setiap bulan, setidaknya bisa untuk mengerti, bahwa situasi pendemi covid-19 sudah memasuki bulan ke-4, dan belum sepenuhnya aman untuk melakukan interaksi dalam kerumunan, yang dihadiri oleh banyak orang. Maka, pertunjukan secara digital, atau sering disebut juga sebagai daring adalah pilihan yang diambil agar pertunjukan terus berjalan, dan masing-masing bisa saling berinterakasi.

Para pembaca yang tampil kali ini sudah sering tampil membaca puisi atau cerpen di Sastra Bulan Purnama yang diselenggarakan secara offline dalam edisi yang berbeda-beda. Mereka membacakan karya sendiri ataupun karya orang lain, yang kebetulan diluncurkan di Sastra Bulan Purnama, dan penulisnya meminta beberapa nama tersebut untuk membacakan karyanya.

Sejak wabah covid-19 Sastra Bulan Purnama (SBP) dialihkan dalam bentuk digital atau daring melalui Youtube.

Endah Raharjo

Endah Raharjo

Jadi, meski di tengah pendemi yang tidak memungkinkan orang untuk berkumpul, tetapi masih terus bisa membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, dan masing-masing masih bisa saling interkasi melalui chating saat SBP tampil secara ‘live’ di Youtube.

Yuliani Kumudaswari memang sudah membuat rencana sejak Juli tahun 2019, bahwa pada bulan Juli 2020 akan menulis puisi untuk acara Sastra Bulan Purnama Juli 2020.

“Pak Ons, Juli 2020 buku puisi saya akan terbit lagi, dan supaya bapak bisa menjadwalkan untuk bisa diluncurkan di Sastra Bulan Purnama,” kata Yuliani pada bulan Juni 2019.

Tak disangka, pendemi menghantui semua orang di dunia untuk saling bertemu. Tapi semangat Yuliani untuk peluncuran buku puisi tidak surut, dan terkumpulah 100 puisi untuk diterbitkan.

“Bulan Mei 2020 saya dikirimi 100 puisi untuk diterbitkan, dan selama beberapa minggu teknis penerbitan disiapkan agar bisa diluncurkaan bulan Juni 2020,” kata Indro Suprobo yang bertindak sebagai editor.

Konsisten terhadap komitmen memang penting dalam menjalani kehidupan. Karena setahun sebelumnya kesepakatan telah diambil. Tidak karena alasan pendemi kemudian dibatalkan. (*)

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×