Dua Karyawan Tembi Rumah Budaya Memenangkan Penulisan Bergengsi di Yogyakarta

Keberuntungan. Ya, keberuntungan. Demikian orang sering mengatakan. Keberuntungan sama artinya dengan anugerah dari Sang Hyang Mahakasih. Akan tetapi apakah keberuntungan akan datang begitu saja seperti meteor yang datang dari langit? Tentu tidak. Tuhan membutuhkan manusia sebagai alatnya.  Alat itu sendiri tidak dapat digunakan jika alat itu memang tidak dapat berfungsi dengan baik. Demikian logikanya. Alat yang kurang atau tidak berfungsi tentu akan menyulitkan penggunanya. Dengan demikian, hasil kerja adalah kekompakan fungsi alat dan penggunanya. Barangkali begitu pula dengan apa yang namanya keberuntungan atau begja (beja) itu.

Pada tahun lalu, ada hal-hal yang bersangkut paut dengan apa yang dituliskan di atas. Jelasnya, karyawan Tembi Rumah Budaya ada yang berhasil menyabet kemenangan dalam kompetisi penulisan novel berbahasa Jawa yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.

Penulis tersebut adalah Suwandi dengan judul novelnya Lintang Panjer Rina. Hadiah yang boleh diterimanya pun cukup besar, yakni Rp 20 juta (potong pajak). Menyusul penulis/karyawan Tembi lainnya, yakni Albertus Sartono.  Di tahun 2019 itu Albertus Sartono memperoleh kemenangan untuk tiga kategori sekaligus, yakni novel berbahasa Jawa dengan judul Panjer, naskah sandiwara radio dengn judul Onthel Glembuk, dan naskah kethoprak dengan judul Kumbang Mangir Sekar Mataram. Untuk kemenangan tiga kategori lomba tersebut Albertus Sartono berhak memperoleh total hadiah Rp 50 juta, dengan rincian untuk novel Rp 20 juta, naskah kethoprak Rp 20 juta, dan naskah sandiwara radio Rp 10 juta (semuanya potong pajak).

Foto Suwandi - foto admin tembi
Foto Suwandi – foto admin tembi

Apa yang terjadi dengan semua itu tentu di samping karena anugerah Tuhan, juga karena kerja keras yang selama dilakukan oleh kedua karyawan/penulis Tembi tersebut. Tanpa kerja keras, ketekunan, kedalaman wawasan dan referensi serta pengalaman, tampaknya hal demikian tidak akan mudah teraih.  Perlu diingat, Yogyakarta adalah gudangnya para seniman/budayawan, penulis, dan cendekiawan. Kompetisi antaramereka tentu saja sangat ketat.

Lepas dari semuanya itu, pada sisi lain tampak bahwa progres atau perkembangan sastra Jawa, kethoprak, dan sandiwara radio berbahasa Jawa di Yogyakarta tengah mengalami kebangkitan besar. Karya yang tampil kian beragam, inovatif, dan kreatif. Baik dari aspek kebahasaan, isi/pesan, gaya penceritaan, cakupan persoalan, tafsir, dan lain-lainnya. Keberagaman yang demikian tentu akan semakin memperkaya khasanah masing-masing cabang seni yang dimaksud. Kiranya kontribusi karyawan/penulis Tembi tersebut di dunia seni sastra/penulisan/kethoprak/sandiwara radio, dan lain-lain makin menguatkan dan memperkaya Yogyakarta di blantika kebudayaan. (*)

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×