Lukisan Organic Gary Hamadeon

Karya seni yang diciptakan oleh individu pada hakikatnya adalah sebuah dialog personal seorang seniman dalam “sunyi”. Dari padanya orang bisa meraba-raba atau bahkan melihat dengan gamblang apa yang ingin diutarakannya melalui karya seninya itu. Apa yang diutarakan melalui karya seni itu bisa berupa mimpi, harapan, kekecewaan, kesedihan, kepahitan hidup, protes sosial, potret sosial, kebanggaan, cinta asmara, perasaan religiusitas, dan lain-lain.

Seluruh esensi seni bisa diartikan sebagai pengandaian-pengandaian karena kesenian (dan kebudayaan) mampu menjalankan tugas profetik, yakni mengangkat “eksistensi” serta keyakinan diri sekaligus membebaskan jiwa manusia dari berbagai kebuntuan dan kegelapan. Dengan kata lain, mereka yang bertumpu pada kecerdasan perasaannya, ia mengandaikan berbicara untuk menarasikan apa saja melalui karya yang dibuatnya (lukisan, batik, patung, musik, sastra, drama, tari, dan sebagainya).

Kecenderungan-kecenderungan semacam itu juga dapat dilihat pada karya-karya Gary Hamadeon yang memamerkan karyanya di Jogja Galery, Jl. Pekapalan No.7 Yogyakarta. Demikian bagian nukilan dari tulisan kurator A Anzieb atas pameran ini.

Pameran tunggal Gary Hadameon dengan tema Organic tersebut dilaksanaka pada 15-25 November 2020. Pameran dibuka secara resmi oleh Rektor ISI Yogyakarta, Prof Dr M Agus Burhan dan dikuratori oleh A Anzieb. Pameran juga dimeriahkan dengan acara Photo Competition. Karya kompetisi dengan deskripsi unik akan dipilih sebanyak enam buah untuk mendapatkan hadiah dari Gary Hadameon Art. Pengumuman pemenang kompetisi dilaksanakan pada tanggal 26 November 2020.

Pameran tunggal ini merupakan penampilan perdananya sekaligus ikhtiarnya dalam menjalani kehidupannya di dunia seni rupa. Hal ini merupakan momentum penting bagi Gary Hadameon yang juga mendapatkan dukungan sepenuhnya dari orang tua dan segenap sanak saudaranya.

Pada saat yang bersamaan pula lukisan Gary justru tampil pada ajang pameran internasional yang diselenggarakan secara virtual (A Help) oleh IAVA (International Association of Visual Artist), Gary menjadi satu-satunya perwakilan perupa Indonesia yang terseleksi bersama perupa lain dari 25 negara di dunia.

Gary juga berkesempatan mengikuti pameran Kembulan #3 (“Nguwongke”/memanusiakan manusia) yang diselenggarakan oleh Lesbumi-NU atas dukungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di Galeri RJ Katamsi, ISI Yogyakarta.

Uniknya, sekalipun sejak kanak-kanak sangat suka melukis, Gary tidak pernah berkeinginan untuk menempuh pendidikan pendidikan seni. Ia juga tidak ingin sibuk memikirkan wacana seni. Hal yang dilakukan Gary adalah melukis dan melukis saja pada pagi dan sore di studionya di Mertoyudan, Magelang. Studio seluas 500 meter dan sangat bersih serta dilengkapi gazebo tentu saja membuatnya semakin merasa nyaman dengan aktivitasnya.

Kekuatan intuitif bisa ditangkap dalam karya-karya Gary. Intuisi dalam budaya Timur (Indonesia) adalah kata batin atau hati nurani yang sumbernya berasal dari “dalam” diri sendiri. Intuisi lebih dekat dengan budaya lisan dan lebih melekat pada kecerdasan perasaan. Oleh karenanya kekuatan intuitif tidak bisa diukur dengan akal, logika, atau kecerdasan pikiran (ala berpikir Barat) karena intuisi diyakini ada energi yang mengisinya. Energi tersebut bisa disalurkan (sekaligus menyalur) terhadap sesuatu yang dibatinkan, dilisankan atau sesuatu yang dilakukan.

Begitulah karya-karya Gary, sangat intuitif penuh pesan-pesan yang baik, sederhana, polos, jujur, nyata, dan mengandung banyak energi. Organik. Demikian bagian nukilan dari tulisan kurator, A Anzieb atas pameran ini. (*)

Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×