Sejarah Lokal Sewon

Membincang Sejarah Lokal Kecamatan Sewon

Selama ini kebanyak orang masih berkutat pada sejarah “arus besar”. Padahal senyatanya sejarah “arus kecil” yang sering dipandang sebelah mata pada galibnya kerapkali menyumbang dan bahkan menjadi komponen yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah arus besar. Apa yang dinamakan desa, dusun, atau kampung bahkan juga memiliki sejarahnya sendiri-sendiri yang daripadanya desa/kalurahan, dusun, atau kampung tersebut membentuk jati diri dan karakternya sendiri-sendiri. Sekalipun demikian, masih relatif jarang orang membincang tentang sejarah dalam skala yang demikian itu.

Oleh karena itu banyak warga yang tinggal di desa/kalurahan, dusun, atau kampung tidak mengetahui sejarah wilayah terkecil sebagai tempat bermukimnya. Hal demikian tentu sangat disayangkan sebab jika orang yang bersangkutan mengenali sejarah tempat tinggalnya, maka ia akan memiliki rasa percaya diri, kebanggaan, dan pada gilirannya akan semakin mencintai wilayah tempat tinggalnya dan meluas akan semakin mencintai tanah airnya. Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Hal tersebut juga berlaku dalam dunia kesejarahan.

Dengan tujuan ingin menyadarkan masyarakat akan sejarah lokalnya sendiri, maka Kundha Kabudayan Kabupaten Bantul menyelenggarakan kajian sejarah lokal dalam format talkshow atau siaran langsung di radio serta paparan langsung di beberapa desa/kelurahan. Untuk itu pula dihadirkan beberapa narasumber untuk mengupas sejarah lokal tersebut. Salah satu sejarah lokal yang dikupas adalah sejarah lokal Sewon.

Seperti diketahui, Sewon adalah nama salah satu dari 17 kecamatan/kapanewon yang ada di Kabupaten Bantul. Nama Sewon tentu menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang: mengapa kecamatan/kapanewon ini dinamakan Sewon. Berasal dari kata, tokoh, atau peristiwa apakah nama Sewon itu? Itulah pertanyaan mendasar yang ada dalam pikiran orang ketika mendengar atau melihat nama dari sesuatu, termasuk nama Sewon.

Untuk itu pada Senin, 19 Oktober 2020 Kundha Kabudayan Kabupaten Bantul mengundang tiga orang narasumber untuk membincang sejarah lokal Sewon. Ada pun ketiga orang narasumber tersebut adalah Drs Danang Irwanto MSi (Camat Sewon), Handono Prasetyo (Komunitas Djokdjakarta 1945), dan Albertus Sartono SS (TACB Kabupaten Bantul). Mereka bertiga membincang sejarah lokal Sewon di Radio Pesona Bara 89,1 FM Bantul. Perbincangan yang diselingi lagu-lagu keroncong ini mencoba mengangkat potensi kesejarahan Sewon. Mulai dari asal-usul namanya yang dipercaya dari nama Syeh Sewu (tokoh penyebar agama Islam yang makamnya ada di Dusun Sewon), Sewon dalam masa perjuangan, dan tinggalan artefaktual, cerita rakyat/tutur di Sewon yang menunjukkan jejak perikehidupan masyarakat di wilayah geografis Sewon di masa lalu.

Berpijak pada itu semua, Sewon dapat disimpulkan sementara bahwa Sewon merupakan wilayah yang berusia tua (mulai disebut pada kisaran abad ke-15-16 Masehi), menjadi ajang penting bagi perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan, sekaligus memiliki peninggalan yang penting bagi dunia arkeologis dan kesejarahan. Yoni Ngireng-ireng menjadi salah satu bukti peninggalan arkeologis di Sewon. Sedangkan Panggung Krapyak yang menjadi salah satu titik paling selatan dari Sumbu Filosofis Yogyakarta juga berada di wilayah Sewon.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×