Rahem

Puisi Rahem

Rindu Ayah

Setengah kenangan hampir habis
Dimakan epitaf tahun
Melewati dusun senyap dan separagraf masa silam
Saling tunduk di pojok sepi

Lalu timbul kristal air mata
Menyusuri hari-hari yang tinggal di kepala
Seperti irisan kepedihan
Menancapi belulang waktu

Dan kala itu
Aku hanya selembar kertas yang dicicipi air
Basah ke tubuh-tubuh
Seperti pualam rinduku bertalu-talu

Denpasar, 2020

Berduri Kenangan

Waktu enggan menyentuh tubuhku
Hari-hari dihabiskan lewat pintu paling sunyi
Ke halaman rumah tanpa pagar
Seperti masa silam yang begar

Jalan setapak hanya menyisakan kidung purba
Ke pucuk pagi, hingga sisa debu cinta
Sempurnah menggurutui atap kenangan
Dengan hujan-hujan kesedihan

Waktu menatapku sebagai cermin
yang kehilangan aroma bahagia
Saat tubuhku anyir dikebat luka-luka

Hanya sisa lingkar masa silam
menutupi nubuat sepi-sunyi
Dan epitaf kenangan berduri

Denpasar, 04 Juni 2020

Nadam Rindu

Setiap waktu sunyi
Ingatanku padamu menjadi-jadi
Seolah malam itu milikku
Detak rinduku sepadat batu

Bali, 07 Juni 2020

Senyum Ibu

Sekuntum bunga berserakan
Pada bibirmu yang basah
Menanggalkan jalanan tabah
Dengan sepotong senyum sumringah

Malam mengasah jejakmu
Dengan serumpun mimpi di kepalanya
pada lengan-lengan waktu
Hingga yang paling teduh

Hatimu sehulu sungai
Yang menyimpan ketenangan ikan-ikan
Pada kerangka ingatan

Denpasar, 2020

Air Mata Yana

Yana, Kekasihku
Malam menyapamu dengan mata sunyi
Terperangkap di pojok sepi
Setangkai jari waktu menyentuh tubuhmu
Membasuh ingatanmu
Ketika malam jatuh di atas keningmu

Kau malah diam saja memetik serumpun kenangan itu
Tak membiarkan rindu saling cakap
Berpegangan, berpelukan lalu bermesraan, tidak lagi
Seakan waktu adalah kesunyian yang tiarap
Di sela-sela pojok matamu

Kerinduan acap kali menjadi teman
kadang lebih dewasa dari harapan-harapan
Yang kau pelihara di hatinya, kau tahu itu, Yana?

Kurasa engkau lebih mengerti
Dari perihal air matanya
Yang mengalir ke lembah pipinya

Bali, 2020

Rahem, kelahiran Sumenep 20 April 1999, alumni Miftahul Ulum Bancamara Giliyang dan Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur Gapura, Sumenep, Madura. Selama di Pondok aktif di Komunitas ASAP (Anak Sastra Pesantren) dan Sanggar Relaxa. Saat ini aktif di Kelas Puisi Bekasi, CompeterIndonesia dan menjadi pendamping Sanggar Sareang Miftahul Ulum. Beberapa puisinya dimuat di media massa dan antologi bersama, di antaranya; Gus Punk (Pelataran Sastra Kaliwungu 2018), Sahabat (2018), Surat Berdarah di Antara Gelas Retak (2019), Tanah Air Beta (2019), Jazirah II (Festival Sastra Internasional Gunung Bintan 2019), Membaca Asap (2019), Puisi untuk Bj. Habibie (2019), Ketika Tanpa Aku (Group Setrafara 2019), ] Banjarbaru Rain Day (2020), Alumni MunsiII (2020), Merindu Indonesia (2020), Obor Peradaban Barus(2020), Rumah Semesta (2020), Pandemi Puisi (2020),AirMata Hujan di Bulan Purnama (2020),Berbisik pada Dunia (2020), Corona Pergi dengan Puisi (2020), Pringsewu Kita (2020), Radar Madura, Radar Cirebon, Rakyat Sultra, Radar Banyuwangi, Travesia, Berita Baru, Mbludus, dan lain-lain.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×