M.Z.Bilal

Puisi M.Z.Bilal

Memeluk Senja

:untuk yang tidak akan pernah kembali

pada akhirnya aku memang harus
melepasmu. dan memakamkan kisah menyedihkan ini
di tempat yang jauh, atau menabur abu kremasinya ke pasifik.
sebab tak ada lagi yang bisa kupeluk hangat
ke dalam dada selain kenangan dan senja
yang rasanya tak lagi bersemu jingga.
karena separuh langit telah terbakar, berjelaga
dan menutup wajah seluruh kota yang telah dipenuhi
kalimat-kalimat perpisahan di tembok-tembok gedung
dan plang-plang yang berdiri hampir di sepanjang jalan
yang tak lagi memiliki nama.

aku tidak mengira manusia harus bisa sekuat ini.
sungguh pertempuran bisu melawan perasaan sendiri
adalah manuskrip paling rumit di semesta dada anak manusia.
masing-masing kita menyembunyikan peperangan besar,
merakit peledak sebagai senjata, juga menyembuhkan
bagian jiwa yang terluka. karena kita tahu kepura-puraan
adalah bayangan semu paling merusak yang pernah ada.
sementara pasukan keraguan kerap menyerang tanpa ampun,
meremukkan tulang punggung, dan menjadikan raga
sebagai persembahan untuk ritual
memuja sang ketidakberdayaan.

dengar, aku tidak menginginkan apa-apa saat ini.
Kau tahu, aku hanya ingin memeluk senja yang jingga
lebih lama, dan menenggelamkan siluetmu ke dalam dadaku,
tempat peristirahatan sebuah kenangan.

Kamar Alegori, Juni 2020

Ketika Aku Tidur

aku hanya ingin melepaskan diri
terbenam sangat dalam dan menyusun narasi
bagaimana mimpi indah bisa bekerja untuk membuat
hati semua orang tenang, padahal hidup yang mereka
jalani begitu berantakan.
andai aku memiliki kehidupan kedua,
aku ingin terlahir kembali sebagai mimpi indah saja
yang singgah di tidur orang-orang lelah
orang-orang sengsara, orang-orang patah hati
dan orang-orang yang terperangkap rindu
tanpa celah, bahkan tanpa jeda

ketika aku tidur, aku tidak ingin mengingat apa-apa.
pikiranku seperti anak panah yang berharap mampu
menembus segala jenis perisai. menjangkau jarak yang jauh
menari di bawah terik sinar matahari, dan mengasihi
bayang-bayangku yang amat setia dan tidak pernah
menolak tiap tingkah lakuku, meski diriku selalu
bersikap kurang ajar dan penuh kepura-puraan.

dan nanti, saat aku bangun dan berada dalam kenyataan lagi
aku tahu, aku tetap bukan siapa-siapa
dan masalah juga tidak menjadi sisa. mungkin kian bertambah
tapi aku tidak akan menyerah.
selagi aku masih memiliki kesempatan untuk tidur
artinya Tuhan selalu begitu baik untuk meredakan
semua perih luka dan sesak dada.

Kamar Alegori, Juni 2020

Jalur Waktu

mari kita rayakan perjalanan waktu hari ini
dengan sehebat-hebatnya tekad,
sepenuh-penuhnya harapan,
dan sejernih-jernihnya doa dan kerinduan
jangan biarkan diri kita terus merana oleh banyak luka
seolah semua itu
tak dapat disembuhkan

mari kita rancang
dada kita sebagai rute jalan kota yang sibuk
tempat orang-orang berusaha menemukan
apa yang mereka cari.
Percayalah, rasa lelah pada pertengahan hari
akan membuat kita
lebih berani mencoba hal-hal baru.
menekan ketidakmampuan,
dan bersahabat dengan masa depan.

jadi, mari kita bergegas
menuju esok hari
yang lebih baik dari hari ini

Kamar Alegori, September 2020

Bunga Anyelir

di Palestina
tanah kelahiran barangkali semakin tiada
taman-taman bunga musnah
granat dan nyala api bermekaran di sana

di Palestina
mereka yang gugur tumbuh
jadi bunga-bunga anyelir di ladang rindu.
gembur dipupuk doa-doa dan air mata

di Palestina
anak-anak gemar berburu rumput dan bunga-bunga
pada dada mereka yang subur
oleh cinta dan harapan ingin merdeka.

di Palestina
bunga-bunga anyelir sewarna darah
berguguran dari langit kelabu
mekar pada malam hari, wangi pada siang hari.

Kamar Alegori, Juli 2020

Batas

selamat pagi, hari selasa.
masa jelang petang kemarin
telah menjelma jadi pagar pembatas
saya kini berada di luar halamanan
rindu dan bunga-bunga harapan
mulai mengering.
saya harus bergegas menemukan telaga
meski perlahan saya pun akan memudar
lenyap dari seluruh ingatan.
tapi saya senantiasa yakin
mampu menyeberangi bentangan
sabana perasaan ini dengan baik

sekali lagi. selamat pagi hari selasa.
jika kemarin adalah pagar pembatas
maka saya memilih jadi pohon peneduh
dari luar halaman.
akan saya serap seluruh kesedihan
akan saya rawat tiap-tiap senyum kenangan.

Beranda Selasa Pagi, Juli 2020

M.Z. Billal, lahir di Lirik, Indragiri Hulu, Riau. Menulis cerpen, cerita anak, dan puisi. Karyanya termakhtub dalam kumpulan puisi Bandara dan Laba-laba (2019, Dinas Kebudayaan Provinsi Bali), Antologi Rantau Komunitas Negeri Poci (2020), Membaca Asap (2019), Antologi Cerpen Pasir Mencetak Jejak dan Biarlah Ombak Menghapusnya (2019) dan telah tersebar di media seperti Pikiran Rakyat, Rakyat Sumbar, Radar Mojokerto, Haluan Padang, Padang Ekspres, Riau Pos, Fajar Makassar, Banjarmasin Post, Magelang Ekspres, Radar Cirebon, Kedaulatan Rakyat, Medan Pos, Radar Malang, Radar Tasikmalaya, Bangka Pos, Radar Bekasi, Tanjung Pinang Pos, Bhirawa, Merapi, Cakra Bangsa, Lampung News, ide.ide.id dll. Fiasko (2018, AT Press) adalah novel pertamanya. Bergabung dengan Community Pena Terbang (COMPETER) dan Kelas Puisi Alit.

Category
Tags

One response

  1. Yang ymterbaca Adalah rangkaian indah kalimat,setiap kata yang tersusun elok memikat,begitu syahdu hati terbuai dalam sendu lautan hasrat…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×