Didik Eros

Puisi Didik Eros

Ketika

jika nanti
aku lebih dulu beranjak pergi
ragaku tak lagi kau temui
di antara huruf-huruf puisi ini
jiwaku akan selalu menemani

jika satu hari nanti
detak nafasku berhenti
suaraku pun tak terdengar lagi
namun dalam kalimat-kalimat sajak ini
dirimu takkan pernah terganti

dan jika di satu saat nanti
tak lagi mampu kurajut mimpi
seribu angan tak lagi berarti
aku hanya tahu pasti,
dirimu abadi

Jombang, 10 Mei 2020

Rindu Itu

rindu itu,
adalah semilir menelisik alang-alang serta serumpun bambu
saat senja membiru

adalah cerita burung-burung di onak perdu
usai kepak sayap menepis ragu
bersidekap mega retak mengharu

adalah riak sungai mendendang lagu
menyisir pematang, meniris batu
ketika gembala dengan ternaknya rambas alirmu tanpa jemu

rindu itu,
adalah aksara tersusun waktu demi waktu
sementara senja perlahan berlalu

rindu itu,
masih menggebubu
dan waktu terus saja berlalu

Jombang, 3 Mei 2020

Catatan Kaki

hanyalah sebaris kecil meringkuk sudut
bagai budak merunduk takut
sesekali terbaca,
namun lebih banyak terabai tanpa sapa

siapa peduli !
hadirmu tak sebegitu berarti
meski tanpamu terasa seperti ada bangku kosong yang tak terisi
meski sebarismu hanya sekedar basa-basi
aksaramu hapus segala asumsi
meluruh kontradiksi

siapa peduli !
kau digenggam saat “kata” tak ingin sendiri
terulur sapa ketika “kata” digulung sepi

hingga saat gelombang menyurut
; hanyalah sebaris kecil meringkuk sudut
merunduk takut,
berpeluk kalut
berkalung sribu carut-marut

Jombang, 26 April 2020

Sebuah Mantra Hujan

melintas jembatan tak seberapa panjang
lepas sore, gelap datang menjelang
merambas sisi rel kereta tua
telusur tepian huma
berharap hujan segera tiba
sesekali capung hinggapi ujung rumputan
belalang daun riuh berlompatan
saat kaki-kaki kecil berlarian
riang nyanyikan senandung hujan

“udana sing deres,
nyambela sing pedhes,
macaka sing pantes,
kuplukan sing ambles”

semacam lirik kegembiraan
menyambut rintik curahan awan
berkali kami cuapkan mantra itu
lalu hujan pun deras menderu
siramkan rindu

dan,
kala hujan mulai mereda
kami ceburkan diri ke kali,
membilas lumpur pematang sawah,
bersorak meneriaki itik yang berbaris pulang

disana,
tersimpan sekantung tawa
juga seraup canda bahagia

aku tak ingin menua
aku masih ingin berlarian menyambut hujan di ujung huma
menikmati senja,
andai aku bisa !

Gubug Sastra Jawa, 6 Maret 2020

Bulan Separuh

pada separuh malam,
saat sunyi mendekap semesta,
yang hampanya meliputi separuh dunia,
; kecuali aku dan bayanganmu

ketika tergambar satu cerita,
manakala senyum hias bibirmu,
lalu pelan memudar bersama setirai kabut yang menghampar
aku gusar !
karna harus menunggu hingga esok kelam kembali menebar layar

kau tahu,
pada separuh malam itu
aku mampu bertemu meski hanya bayang semu
karna disana, rasa yang terikat cinta dapat berucap rindu
pada sunyi,
pada waktu tersembunyi

Gubug Sastra Jawa, 7 Juni 2019

Didik Eros, lahir di Jombang, Jawa Timur, 12 September 1970. Kesehariannya selain menulis gurit dan puisi juga melukis (sketsa wajah hitam putih) dan mengelola Sanggar Lukis Gubug Sastra Jawa yang beralamatkan di Jl. Raya Kabuh 85, Kabuh, Jombang. Buku kumpulan gurit yang pernah diterbitkannya: Antologi Gurit KAPAN(G)(2020).

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×