Muhammad Lutfi

Puisi Muhammad Lutfi

Lembah Penyair

Ketika penyair berjalan mengalahkan lembah
kumbang-kumbang berbaris di bawah sepatu.
Luka matahari semakin mengisi hari-hari yang sedih.
Penyair berjalan mundur ke arah perpustakaan
membaca riwayat hidup penulis yang terkubur.
Syair-syair tidak mewakili rasa untuk raja,
orang yang angkuh dan kehilangan kata-kata.
Kebijaksanaannya luntur seketika
berhadapan dengan penari panggilan yang panas
membakar menara kerajaan.

Pati, 23 Maret 2020

Pengetahuan dan Ilmu

Tanpa sekolah anak tukang kayu bisa menjadi wazir,
sahabat dekat raja yang bertahta pedang emas.
Dia mendapat intan dan cahaya ketika menikah dengan seorang harem,
menjadi adik ipar dari seorang raja yang terlalu rendah diri.
Sehingga tak punya semangat dan kepercayaan kepada lain kolega.
Seorang yang tak mengenal bangku sekolah
berdiri menjadi ahli bicara di pasar-pasar dan gedung pidato
Sebab membaca banyak buku sampai tuntas
sehingga kini berkedudukan
meninggalkan jalan dan gerobak angkut kayu yang rapuh.

Pati, 25 Maret 2020

Masa

Manusia tak pernah tahu tentang masa depan
sebab masa depan bisa jadi sebuah awal.
Lelaki dan perempuan harus melepaskan beban dan kurungan
agar bisa mengudara dan melampaui batas kelemahan.
Laki-laki dan perempuan tidak mendengar keluhan dan tangisan ketika muda
agar tidak menjadi kalah dan lembek
sebab kerasnya hidup terdengar bagus
seperti ukiran dari nilai barang-barang berharga.

Pati, 25 Maret 2020

Anggur dan Burung

Tengah malam suara burung membawa cangkir pertobatan
melepaskan anggur-anggur serta vas minuman,
ke tanah terbaring segala yang telah bersandiwara.
Bersuaralah seluruh yang di dalam lautan dengan uap air
di daratan yang merangkak di rumput-rumput dan kaktus biru
di udara yang masih berkuda memacu awan
mengendarai malam setiap dini hari
lewat tengah malam sampai pagi menjelma.
Suara burung pelatuk menebang kayu-kayu di hutan larangan
memukulkan kakinya yang kandas dari pasir sebab hujan
menyisakan anggur-anggur terbaring pada tanah.

Pati, 26 Maret 2020

Aku dari East City

Angin keramas dari lembah barat
turun bermukim di lembah ngarai.
Ufuk timur yang bersemi
memberi wajah dunia yang erang,
membuang aku jauh dari tanah kelahiran
dari buah hati kesayanganku
seperti kerikil yang terlempar ke eropa.
Berderai di kaki bumi,
berpijak pada purnama muda
belum sepenuhnya terlahir ke langit.
Memeluk orang-orang yang berjaga
takut akan terlahir dari dosa lagi.
Kini aku utuh dengan fitrah.

Sebagai penyair sayapku mekar,
ditenung alam mencengkeram penaku
menoreh tinta di lubuk lautan.
Rumpun ilalang yang tumbuh merendah
menyakiti rambut-rambut mahkotaku
seperti melahirkan anak kata
berdawai dengan citra-citaku.

Seperti Andalusia,
ingat saja aku sebagai penyair
memintal dawan dan syair dari kerang
menuju sampan meretas layar
menuju mata angin menerbangkanku.

27 Maret 2020

Muhammad Lutfi, adalah seorang sastrawan Indonesia yang lahir di Pati, pada tanggal 15 Oktober 1997. Merupakan putra dari Slamet Suladi dan Siti Salamah yang menyelesaikan S-1 Sastra Indonesia di UNS Surakarta. Ia sudah memiliki banyak prestasi dan pencapaian, juga penghargaan di bidang sastra.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×