Afnan Malay

Membaca Tentang Presiden di Bulan Purnama

Beberapa aktivis tahun 1980-an dan penyair akan tampil di Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 113, dalam Poetry Reading From Home seri 13, dengan membacakan puisi karya Afnan Malay, seorang aktivis mahasiswa, alumnni Fakultas Hukum UGM, yang dikenal sebagai pembuat Sumpah Mahasiswa. Acara ini akan live di Youtube Sastra Bulan Purnama, Jumat, 26 Februari 2021, pukul 19.30. Tajuk dari SBP kali ini: ‘Aktivis 1980-an Membaca Tentang Presiden’.

Buku kumpulan puisi karya Afnan Malay diberi judul ‘Tentang Presiden dan Pelajaran Membaca’ terdiri dari 60-an puisi yang ditulis dari tahun 2005 sampai 2020. Afnan Malay, selain dikenal sebagai aktivis mahasiswa, memang sejak  lama bergulat dengan puisi dan sekarang dikenal sebagai seorang pengacara sekaligus penyair.

Para pembaca puisi yang akan tampil adalah aktivis mahasiswa dan penyair, yang secara pribadi dikenal oleh Afnan. Dua di antaranya, Isti Nugroho, sekarang tinggal di Jakarta, dan Tri Agus Susanto, pengajar, tinggal di Yogya, pernah dipenjara oleh rezim Orde Baru. Isti Nugroho, ketika dipenjara aktif di Kelompok Studi Sosial Palagan, dan Tri Agus Susanto di Pijar, Jakarta.

Selain kedua nama disebut di atas, yang akan tampil membaca puisi ialah Yuni Setia Rahayu, pernah menjadi Wakil Bupati Sleman, dan sekarang menjadi anggota DPRD DIY dari Frkasi PDIP. Nama yang lain, Hamdy Salad, seorang penyair Yogya yang cukup produktif, Labibah Zain, seorang pengajar, Aly D. Musyrifa, penyair, direktur MMPI (Mari Membaca Puisi Indonesia) dan pernah keliling di beberapa negara, dan seorang jurnalis sekaligus penyair, Tulus Wijanarko namanya.

Di tengah pembacaan puisi akan dilantunkan lagu puisi karya Afnan Malay, yang dikerjakan oleh Rusmansyah dan Fitri Yani dengan iringan piano. Tidak ketinggalan, Joshua Igho, penyair dari Magelang, menggubah satu puisi karya Afnan Malay menjadi lagu, yang diiringi petikan gitar.

Hamdy Salad
Hamdy Salad

Pembaca puisi yang lain, dua aktor teater dan aktivis sosial, ialah KRT Agus Istijanto Nagaro, atau sering menggunakan nama Kamerad Kanjeng dan Eko Winardi. Keduanya  sudah sejak lama bergiat di teater, dan Agus Istijanto, penulis naskah drama berjudul ‘Sepatu Nomor Satu’, yang dilarang dipentaskan oleh rezim Orde Baru. Keduanya, sudah beberapa kali membaca puisi di Sastra Bulan Purnama, baik sebelum pandemi, atau  secara daring, dalam sering poetry reading from home.

Dua perempuan lain akan tampil membaca puisi ialah Nunung Rieta, seorang pemain teater, dan seringkali membaca puisi di beberapa tempat. Akan tampil, seorang perempuan muda, yang namanya dikenal dengan panggilan Dee.

Afnan Malay menyebutkan, beberapa sahabat yang membacakan puisinya ini sudah berkawan lama, sejak masih mahasiswa dan sampai hari ini masing-masing masih saling bersahabat, dan sastra yang menjaga persahabatan itu.

“Perubahan politik yang terjadi tidak membuat kita retak dalam bersahabat, puisi dan sastra, kebudayaan umumnya, meneguhkan persahabatan kita, meski masing-masing kita jarang sekali saling bertemu,” ujar Afnan Malay.

Sastra Bulan Purnama  sudah sejak bulan April 2020, ketika pademi covid 19 membuat orang saling jaga jarak dan tidak berani berkumpul, yang biasanya diselenggarakan dan dihadiri oleh cukup banyak orang, artinya selalu ada kerumunan, dipindahkan secara daring. Jadi kerumunan di Sastra Bulan Purnama dilakukan di ruang digital, masing-masing yang hadir bisa berada di lokasi yang berbeda.

Eko Winardi
Eko Winardi

Selama 9 tahun Sastra Bulan Purnama digelar, dan tahun 2021 memasuki tahun ke-10, akan mencoba menjaga persahabatan antar kelompok sosial melalui sastra. Karena, yang sering hadir di Sastra Bulan Purnama dari beragam kelompok sosial, bukan hanya dari kalangan penyair saja. Selain pencipta karya sastra, yang hadir di Sastra Bulan Purnama adalah pecinta sastra. Jadi, antara pencipta dan pecinta saling bertemu. .(*)

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×