Masa Kecil
di mana masa kecilku
main bersama hujan
tubuhku basah lumpur
dari tanah lapang
tak ada rumput
di mana masa kecilku
bersama hujan
berhujan hujan
tak pernah takut hanyut dihanyutkan
karena tak kusaksikan banjir
tubuhku menjelma sky aku mengalir
tidak ada akar aku tak tersangkut
di mana masa kecilku
dalam guyuran hujan
tak perlu payung aku telanjang
burung menancap langit
jejakku membekas di tanah lapang
tanpa perahu aku tak perlu perahu
tanpa genangan tidak ada haru!
di mana masa kecilku
ruangruang dalam hujan
tanpa impian dukalara
KA 17 Januari 2021
Gambar Yang Menggenapkan
selembar gambar yang kutangkap
saat jadi layanglayang kusimpan
dan kelak kuterbangkan lagi
sebagai burung setelah kupakaikan
sayap — kuanyam dari jemariku —
dan aku nikmati. di tanah lapang
yang dulu tempatmu bermain pula
gambar itu menggenapkan tiga lembar
kau terbangkan kemarin
— kemarin? — dan sudah pula kuhiasi
warna pelangi. kurapikan dalam bingkai
dan di antara buku dan gambar lain,
kaulah lebih dulu kulihat: di paling atas
setiap langit mendung
warnamu berseri
setiap gugur hujan
kau meliuk terbang
aku selalu menunggu
ingin menerima kiriman
gambargambar layangan
2021
Alkisah
alkisah
suatu pagi masih buram
orangorang menjelma perahu
banjir besar meninggi ingin
meraih atap rumah. perahuperahu
tak dikayuh.
air yang merantau dari sungai
air yang pindah ke kotakota
air yang menenggelamkan rumah
perahu yang berubah sendu
orangorang berwajah ragu
Nuh!
Nuh!
Seribu Gambar
bahkan seribu gambar
dalam lembar album itu
telah kulupa tajuknya
karena selalu wajahmu
yang dulu mampir
lalu diempas badai
: serpihan
Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan sampai kini masih menetap di kota kelahirannya. Ia menulis puisi, cerpen, dan esai juga karya jurnalistik. Dipublisakan di pelbagai media massa terbitan Jakarta dan daerah, seperti Kompas, Republika, Jawa Pos, Suara Merdeka, Pikiran Rakyat, Lampung Post, Media Indonesia, Tanjungpinang Pos, dan lain-lain. Buku puisinya, Kini Aku Sudah Jadi Batu! masuk 5 besar Badan Pengembangan Bahasa Kemendikbud RI (2020), Tausiyah Ibu masuk 25 nomine Sayembara Buku Puisi 2020 Yayasan Hari Puisi Indonesia, dan Belok Kiri Jalan Terus ke Kota Tua dinobatkan sebagai 5 besar buku puisi pilihan Tempo (2020). Buku-buku puisi Isbedy lainnya, ialah Menampar Angin, Aku Tandai Tahilalatmu, Kota Cahaya, Menuju Kota Lama (memenangi Buku Puisi Pilihan Hari Puisi Indonesia, tahun 2014): Di Alunalun Itu Ada Kalian, Kupukupu, dan Pelangi. Kemudian sejumlah buku cerpennya, yakni Perempuan Sunyi, Dawai Kembali Berdenting, Seandainya Kau Jadi Ikan, Perempuan di Rumah Panggung, Kau Mau Mengajakku ke Mana Malam ini? (Basabasi, 2018), dan Aku Betina Kau Perempuan (basabasi, 2020), dan Kau Kekasih Aku Kelasi (2021).
No responses yet