Kuliner Sangga Buwana dan Bir Jawa Yogyakarta

Sangga Buwana adalah makanan hasil akulturasi budaya Jawa dan Eropa, yang terjadi pada saat penjajahan Belanda. Makanan ini masuk keraton Yogyakarta dengan penyesuaian selera orang Jawa. Sangga Buwana tidak hanya akulturasi Jawa dengan Belanda, tetapi juga negara lain, kue sus dari negeri Belanda, mayonaise dari Perancis serta daging cincang dan acar dari Tiongkok.

Sangga Buwana diperkenalkan pada masa Hamengkubuwana VII kemudian dikembangkan dan disempurnakan pada masa Hamengkubuwana VIII. Sangga Buwana merupakan kategori kue sus berbahan terugu, air, telur, margarine, yang dapat dipadukan dengan segala isian maupun rasa (telur, daging, acar atau yang lain). Sangga Buwana merupakan kudapan ‘wajib’ pada hajatan keraton misal pada upacara pernikahan dan resepsi. 

Bir Jawa atau bir plethhok muncul pada masa pemerintahan Hamengkubuwana VIII. Minuman ini muncul untuk mengimbangi bir yang biasa dikonsumsi orang Belanda (Eropa) tetapi tidak mengandung alkohol. Bir Jawa menggunakan rempah yang banyak yaitu serai, serutan kayu secang, kayu manis/mesoyi, kapulaga, jeruk nipis, cengkeh, lada hitam, cabe Jawa, pekak, bunga lawang, adas, pandan dan jahe emprit. Pewangi dari daun jeruk purut atau daun pandan, pemanis dari gula batu/pasir. 

Warna merah bir Jawa diperoleh dari kayu secang. Ketika diberi air perasan jeruk nipis warna merah memudar dan berubah menjadi kuning bening seperti warna bir. Penamaan plethok muncul karena saat perebusan dan air mendidih muncul suara ‘plethok’ dari kapulaga yang pecah. Bir Jawa pada mulanya disajikan hangat, tetapi dalam perkembangan juga disajikan dingin dengan menambahkan es batu. Saat es batu dimasukkan juga dapat menimbulkan suara ‘plethok’. 

Pada mulanya sangga buwana dan bir Jawa dikonsumsi kalangan keraton, tetapi lama kelamaan berkembang keluar dari keraton. Saat ini siapa saja dapat mengkonsumsi keduanya. 

Judul     : Kuliner Sangga Buwana dan Bir Jawa (Plethok) Yogyakarta

Penulis     : Dra. Siti Munawaroh, dkk

Penerbit     : Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayaan), 2020, Yogyakarta

Bahasa     : Indonesia

Jumlah halaman : v + 80

Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×