Situasi pelabuhan Sibolga Sumatera Utara saat ini yang begitu ramai-foto-istimewa

Pelabuhan Sibolga sudah Terkenal Sejak Zaman Belanda

Salah satu pelabuhan Nusantara yang sudah terkenal di masa pemerintahan Hindia Belanda adalah Pelabuhan Sibolga, di Provinsi Sumatera Utara, Pulau Sumatera. Keterkenalan pelabuhan itu di zaman Belanda adalah dapat diketahui dari liputan Majalah Kajawen, sebuah majalah berbahasa dan beraksara Jawa, yang populer kala itu. Cover Majalah Kajawen memuat foto Pelabuhan Sibolga pada edisi 77 tanggal 26 September 1928.

Suasana pelabuhan Sibolga pada tahun 1928 yang lalu di majalah Kajawen-repro-suwandi

Suasana pelabuhan Sibolga pada tahun 1928 yang lalu di majalah Kajawen-repro-suwandi

Meski terbit 92 tahun yang lalu majalah itu sampai saat ini masih dalam kondisi baik di Perpustakaan Tembi Rumah Budaya Yogyakarta.

Dibandingkan dengan situasi sekarang yang telah berjalan 92 tahun, Pelabuhan Sibolga mengalami kemajuan yang sangat pesat. Jauh sekali jika dibandingkan dengan situasi tahun 1928 yang lalu.

Pada tahun 1928, Pelabuhan Sibolga masih kelihatan sangat sepi. Selain itu, belum banyak bangunan dan penghuninya, seperti sekarang ini. Saat itu pohon kelapa masih mendominasi Pelabuhan Sibolga. Hal itu diketahui dari narasi yang dituliskan di cover majalah Kajawen.

Majalah Kajawen tahun 1928 yang menampilkan pelatuhan Sibolga sebagai cover majalah-repro-suwandi

Majalah Kajawen tahun 1928 yang menampilkan pelatuhan Sibolga sebagai cover majalah-repro-suwandi

Narasi itu ditulis dengan bahasa dan aksara Jawa. Apabila dilatinkan, berbunyi: “Edining Indhonesiyah”, tertulis di atas foto. Sementara itu di bagian bawah foto tertulis: “Wewengkoning palabuhan ing Sibolgah, katingal sakalangkung edi. Kalapa ingkang tuwuh ing pasisir, atharik-tharik kados angungak toyaning saganten, mendhak-mendhukuling siti pareden, kados pepaesing bumi. Edining sawangan kodrat wau binantu ing padhangipun srengenge ingkang sinasaban ing mendhung, satemah benteripun araos asrep, nanging wewayanganing pepadhang katingal anerusi wonten ing saganten, gumebyaripun boten beda kados polatanipun tiyang bingah. Sadaya wau saged dados rabuking kasarasan.”

Pada intinya, narasi itu menggambarkan indahnya Pelabuhan Sibolga, karena masih banyak pohon kelapa yang berjajar-jajar, tanah pegunungan yang berbukit-bukit, apalagi ditambah suasana saat itu, ketika sinar matahari menyelinap di antara mendung, memancar dan memantul di lautan. Kecerahan suasana yang seperti itu tidak jauh berbeda dengan raut muka seseorang yang sedang gembira.

Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×