Di Sanakah?

Di sanakah engkau merajut hari
Di balik mega
Tersenyum di ambang pagi
Dalam hening melempar pandang

Tanpa kata
Tanpa nada

Hanya alunan gelombang rasa
Yang tak kenal jeda

Di sanakah engkau menenun mimpi
Di balik mega
Menyapa di seri pagi
Dalam bening mencurah embun

Tanpa jera
Tanpa lupa

Hanya bentangan nuansa rasa
Yang tak berpura-pura

Di sanakah engkau menghitung waktu
Di tirai angin
Menanti di batas langkah
Dalam renjana mengobar bara

Di sanakah kelak kita bersua?

Jakarta-Tj Pandan, 25032019

Ingin Sepertimu

Ingin kupunya hati seluas milikmu, Bunda
Tempat nuansa rasa tergenggam asa
Rekah kuntum-kuntumnya tak kenal musim
Mekar abadi kelopaknya yang tak pernah gugur

Nuansa rasa bermuara pada sebuah cita
Tersemat pada puncak bianglala
Membias tujuh rona pada jejak langkah yang kini melambat
Tak pudar oleh guliran waktu

Ingin kupunya hati seindah milikmu. Bunda
Tempat nuansa rasa selalu bertahta
Pancaran sinarnya tak kenal akhir
Hangat menyuar cahyanya yang tak pernah padam

Nuansa rasa bermula dari sebuah cinta
Tertanam pada ladang jiwa
Menyimpan berjuta benih pada pondok nurani yang kian kukenal
Tak sirna oleh rentanya raga

Ingin kupunya hati sepertimu, Bunda
Mengulum luka tanpa kata, mengunyah lara tanpa tanya
Menggenggam duka dalam ceruk sukma, dalam hening menyeka air mata
Menyemai rasa agung yang s’lalu kaupunya

Bandung, 23062019

Kenangan Ungaran

Senandungkanlah lagi untukku
Untaian nada lagu kesayanganmu
Merupa lantunan simfoni pagi
pada latar cakrawala di atas Ungaran

Aku menantikannya dengan rindu
Menyisirnya pada gigil lambaian tirai angin
Mengeja pesan rahasia yang kau semat rapi
Pada tepian hari

‘Kan kueja untukmu
Bait-bait puisi tentangmu
Merupa catatan kenangan

Mengiring darasan kidung dan doa
Melangit ke puncak bianglala

Bandung, 290112019

Pada Sua Kita

Detik berlalu
Dan kita bertukar sapa
Pada tonggak-tonggak waktu yang bisu
Memulaskan rona latar pada kanvas kosong
Tanpa ragu tanpa praduga

Waktu berputar
Dan kita bertukar kata
Pada tirai-tirai angin yang meliuk
Mengisyaratkan gurat rupa pada latar yang biru
Sarat rasa sarat makna

Dan kita saling menemukan
Pada tepian hari yang hening
Mengeja untaian asa pada lukisan tepian senja
Menyemai benih-benih kesejatian pada ladang jiwa
Dalam asa dalam doa

Dan sebuah kisah akan digelar

Bandung, Mei 2019
Persembahan kasih untuk WH

Kerlip Nyala Lilinmu

Sebatang lilin kecil menyala dalam hening
Kerlipnya menyuar kehangatan di tengah dinginnya malam
Menyapukan setitik cahaya dalam gulita
Memberi rona jingga pada lukisan kehidupan yang tengah digelar

Engkau menggenggamnya dalam asa, karya dan doa
Pada tiap lantunan untaian kata
dalam nada dan tebaran rasa beraroma setia

Nyala lilinmu selalu dinanti
Sinarnya didamba banyak hati
Kar’na engkau menatangnya tanpa henti
Menembus mara, lara dan badai tanpa jeri

Kerlipnya tetap tegar kaujaga
Berbalut tawa dan air mata
Mengeja tiap warna pada busur pelangi
Menyemai benih iman dan inspirasi
Hingga ujung senjamu tiba

Bandung, 8 Desember 2019
#Persembahan kasih bagi sahabat terkasih Trisno Soriton.

Waty Sumiati Halim

Waty Sumiati Halim, lahir 27 April di Bandung. Dalam keseharian berkarya sebagai dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak di Borromeus Children Medical Center – RS St. Borromeus dan klinik pribadi di Bandung. Tahun 2007 mulai menjadi kontributor renungan remaja bagi majalah berita paroki St Perawan Maria Bunda Tujuh Kedukaan di Bandung hingga sekarang.

Waty turut berkontribusi dalam 27 buah antologi, antara lain Antologi Puisi “Kita adalah Indonesia”, “Musim dan Waktu”, ”Zamrud Katulistiwa”, “Membaca Hujan di Bulan Purnama”, “Perempuan Bahari”; Antologi Cerpenduet “Pada Detik Terakhir”, Antologi Pentigraf  “Surga Untuk Pohon Ulin”; Antologi Cerita Petualangan Anak “Aku Anak Laut”  Buku puisi tunggalnya berjudul “Menari Bersama Bayu” Waty dapat dihubungi lewat emailnya : waty.halim@gmail.com IG waty_s_halim atau akun Facebook Waty Sumiati Halim.