Makam Ratu Kalinyamat

Mengenal Lebih Dekat Kompleks Makam Ratu Kalinyamat

Kompleks makam Ratu Kalinyamat berada di daerah Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ratu Kalinyamat adalah cucu Raden Patah pendiri Kerajaan Demak. Ayahnya bernama Pangeran Trenggana, salah satu anak Raden Patah. Salah satu saudaranya bernama Sunan Prawata. Nama Kalinyamat merupakan sebuah nama julukan karena bertempat tinggal di Kalinyamat. Ratu Kalinyamat bersuamikan Pangeran Hadiri.

Dalam sebuah perebutan tahta di Kerajaan Demak, Sunan Prawata  dan Pangeran Hadiri tewas oleh utusan Arya Penangsang. Arya Penangsang adalah anak Pangeran Seda Lepen,  yang membalas dendam atas kematian ayahnya. Pangeran Seda Lepen adalah putra Raden Patah yang seharusnya menjadi pewaris Kerajaan Demak. Tetapi sebelum mewarisi tahta, ia sudah dibunuh oleh Sunan Prawata. Dengan demikian yang mewarisi tahta adalah Pangeran Trenggana, kemudian dilanjutkan Sunan Prawata.

Terbunuhnya Sunan Prawata dan Pangeran Hadiri menimbulkan kesedihan mendalam bagi Ratu Kalinyamat. Ia kemudian bertapa telanjang di Gunung Danraja (telanjang di sini dapat diartikan meninggalkan semua yang bersifat duniawi berupa harta atau kekuasaan). Yang digunakan untuk menutup tubuh hanyalah rambut yang diurai panjang.

Ratu Kalinyamat bersumpah tidak akan memakai kain sebelum Arya Penangsang meninggal. Ratu Kalinyamat juga berjanji akan mengabdi kepada siapapun yang berhasil membunuh Arya Penangsang serta semua harta kekayaannya akan diberikan.

Sultan Pajang saudara iparnya semula membujuk agar Ratu Kalinyamat membatalkan niatnya, dan juga menyatakan tidak sanggup melawan Arya Penangsang yang sakti. Tetapi Ratu Kalinyamat tetap kukuh pada pendiriannya. Sultan Pajang akhirnya menyanggupi permintaan Ratu Kalinyamat setelah meminta pertimbangan Ki Pamanahan.

Akhirnya berkat jasa dan siasat Ki Pamanahan, Ki Panjawi, Ki Juru Martani dan Raden Ngabei Loring Pasar, Arya Panangsang dapat dibunuh. Atas jasa tersebut Ki Panjawi dihadiahi daerah Pati, sedangkan ki Pamanahan (dan Ngabei Loring Pasar) mendapatkan daerah Mataram yang masih berupa hutan.

Ratu Kalinyamat berdasarkan sumber-sumber sejarah Portugis merupakan ratu yang cakap dan disegani. Ratu Kalinyamat pernah dua kali mengirimkan armada perangnya untuk menyerang Malaka. Tetapi penyerangan ini mengalami kegagalan dan banyak prajuritnya yang gugur serta armada kapalnya rusak dan tenggelam.

Kompleks makam Ratu Kalinyamat sampai saat ini masih terpelihara dengan baik. Selain makam Ratu Kalinyamat dan beberapa kerabatnya , ada juga sisa masjid kuno Mantingan. Ada sebuah prasasti batu bertuliskan  candrasengkala dengan huruf dan bahasa Jawa berbunyi ‘Rupa Brahmana Warsa Sari’, bernilai 1481 Saka atau 1559 Masehi. Masjid tersebut sudah tidak ada dan di atasnya telah didirikan masjid baru.

Cungkup makam dan masjid penuh dengan ornamen. Dilihat dari segi bentuk dapat dibedakan menjadi tiga yaitu bundar, bujursangkar dan persegi panjang. Dilihat dari segi motif hiasan ada dua jenis ornamen yaitu berbentuk geometris dan motif tumbuh-tumbuhan. Motif tumbuh-tumbuhan ini dapat dibedakan tiga jenis yaitu hanya menonjolkan satu jenis tumbuhan, dua atau lebih jenis tumbuhan dan pemandangan alam.

Dari motif hiasan yang ada sangat jelas terdapat pengaruh Hindu, seperti motif tumbuhan lotus dan teratai. Hal ini tidak mengherankan karena sebelum Islam masuk, agama Hindu mempunyai pengaruh yang sangat besar. Pengaruh Hindu yang lain adalah motif bunga tunjung dan ‘kembang sungsang’.

Pengaruh lain datang dari Tionghoa. Hal ini disebabkan Jepara merupakan bandar terbuka sehingga banyak pendatang, salah satunya etnis Tionghoa. Etnis ini banyak yang kemudian menetap atau tinggal di Jepara, bahkan masuk lingkungan elit kerajaaan.

Ornamen yang terpengaruh Tionghoa ini semisal motif labu air dan bunga teratai yang di Tiongkok biasa digunakan untuk hiasan keramik. Untuk ornamen berbentuk binatang, seperti kera, gajah dan ketam pembuatannya disamarkan di antara ornamen-ornamen lain. Alasannya, dalam agama Islam ada larangan memuja arca. Dengan membuat ornamen manusia dan hewan (secara nyata) dikhawatirkan akan ada pemujaan.

Makam Ratu Kalinyamat

Makam Ratu Kalinyamat

Judul: Kompleks Makam Ratu Kalinyamat Mantingan-Jepara. Segi-segi Sejarah dan Arsitektur
Penulis: Hartojo, Amen Budiman
Penerbit: Proyek Pengembangan Permuseuman Jawa Tengah, 1982, Semarang
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: iii + 63
Koleksi Perpustakaan Tembi Rumah Budaya

Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×