Gambaran duania lampor dalam ketoprak lakon Lampor Laut Kidul di TBY-Foto-A.Sartono

Lampor Laut Kidul dalam Ketoprak Rebon di Taman Budaya Yogyakarta

Ketoprak Rebon yang sudah diluncurkan oleh Pemerintah DIY melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Minggu malam, 1 Desember 2019 hingga Maret 2020 terus berjalan dengan baik. Untuk pementasan hari Rabu, 11 Maret 2020 ketoprak milenial menyuguhkan tema Lampor Laut Kidul.

Pementasan ini dilaksanakan di Gedung Societet Militer TBY. Ada pun naskah lakon tersebut ditulis oleh Bayu Nurseta dan sutradara Agung Suprihanto. Pementasan dilakukan oleh kelompok ketoprak dengan anggota muda dari Kabupaten Bantul.

Lakon ini dibuka dengan adegan suasana kampung nelayan dimana semua istri nelayan yang ditinggal melaut membincangkan nasib keluarga mereka masing-masing. Salah satu dari mereka mengkhawatirkan suami mereka hilang sebab beberapa tidak pulang dan tidak berkabar. Mereka khawatir bahwa orang tersebut hilang digondol lampor. Sementara lampor itu sendiri bagi mereka sesungguhnya menjadi sesuatu yang tidak jelas. Mereka hanya bisa membayangkan bahwa lampor adalah sosok semacam hantu yang menakutkan.

Gambaran suasana kampung nelayan dalam ketoprak lakon Lampor Laut Kidul-Foto-A.Sartono

Gambaran suasana kampung nelayan dalam ketoprak lakon Lampor Laut Kidul-Foto-A.Sartono

Pada sisi lain Pangeran Benawa di Pajang berkunjung ke salah satu pusat kehidupan para lampor yang dipimpin Klinthing Wesi. Di tempat ini para lampor menyatakan diri bahwa mereka akan berganti majikan. Mereka ingin mengabdi pada Sutawijaya yang tengah mempersiapkan kota di Hutan Mentaok. Ada pun alasannya adalah karena Pajang tidak pernah lagi melakukan upacara ritual labuhan di Gunung Lawu dan temapt-tempat lain.

Selain itu, mereka tahu bahwa wahyu keraton akan berpindah dari Pajang ke Mentaok (Mataram). Sutawijaya bersama dengan Ki Juru Mertani bukan hanya menyiapkan berdirinya sebuah kota dalam pengertian fisik saja, namun juga secara nonfisik mereka mempersiapkan semuanya itu. Sutawijaya juga mulai merekrut atau mencari pengikut dengan mencegat para petinggi wilayah/desa/dusun yang biasanya menyetor pajak ke Pajang. Mereka distop di Mataram dan di tempat ini dijanjikan kehidupan yang lebih baik.

Para pemain ketoprak lakon Lampor Laut Kidul berfoto bersama-Foto-A.Sartono

Para pemain ketoprak lakon Lampor Laut Kidul berfoto bersama-Foto-A.Sartono

Sutawijaya yang kemudian bergelar Senapati juga melakukan mati raga dengan bertapa di sebuah tempat yang kemudian mendapatkan penampakan gaib dari Lintang Johar. Lintang Johar mengatakan bahwa Senapati kelak akan menjadi raja besar. Hal ini menjadikan Senapati bangga dan cenderung sombong. Kemudian ditegur oleh Sunan Kalijaga dan diminta bertapa di tepi pantai.

Di tempat ini ia bertemu dengan Ratu Kidul dan keduanya saling jatuh hati. Ratu Kidul menyatakan siap membantu Senapati dan keturunannya untuk terus menjadi raja-raja atas Tanah Jawa. Ratu Kidul siap pula dengan pasukannya yang berupa lampor. Mereka pun bersepakat.

Perjumpaan Senapati dan Ratu Kidul dalam ketoprak lakon Lampor Laut Kidul-Foto-A.Sartono

Perjumpaan Senapati dan Ratu Kidul dalam ketoprak lakon Lampor Laut Kidul-Foto-A.Sartono

Suatu ketika Sultan Hadiwijaya (Sultan Pajang) sakit dan kemudian meninggal. Pangeran Benawa yang menjadi putra mahkota Pajang diminta untuk menghormati Senapati, Sultan Pakang menyatakan bahwa Senapati adalah kakak Pangeran Benawa sendiri. Bahkan Senapati merupakan pengganti Hadiwijaya sepeninggalnya.

Kecintaan dan rasa hormat Senapati kepada Sultan Hadiwijaya salah satunya ditunjukkan dengan dipenuhinya Alun-alun Pajang dengan bunga telasih oleh karena perintahnya. Bunga telasih inilah tanda atau simbol betapa besar kasih dan cinta Senapati kepada Sultan Hadiwijaya.(*)

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×