Butet Kartaredjasa

Pantun Karya Simon Hate Dibacakan Butet Kartaredjasa dan Kawan-kawan di Kanal Youtube Sastra Bulan Purnama

Sastra Bulan Purnama edisi 105, dalam Poetry Reading From Home seri 3  diisi pembacaan pantun  karya Simon Hate berjudul ‘Hamba Tak Layak Menjadi Budak’. Para pembaca pantuan adalah aktor teater yang pernah aktif di  Teater Dinasti Yogyakarta, yaitu Joko Kamto, KRT Agus Istijantonegoro, Butet Kartaredjasa, Eko Winardi sekaligus sebagai sutradara pertunjukan ini dan Isti Nugroho. Mereka sudah saling bersahabat sejak lama, dan sampai sekarang masih terus bersahabat. Dua di antaranya tinggal di Jakarta, lainnya tinggal di Yogyakarta.

Acara  diselenggarakan secara live  di kanal Youtube Sastra Bulan Purnama, Jumat, 12 Juni 2020, pukul 19.30. Masing-masing  membacakan pantun dalam judul yang berbeda. Keseluruhan pantun karya Simon Hate, seorang penyair yang pernah aktif di Teater Dinasti, yang juga dikenal sebagai seorang aktivis LSM sampai sekarang.

Simon Hate mengatakan, pantun ini ia tulis sebagai bagian dari gerakan mengembalikan puisi ke dalam kehidupan. sudah terlalu lama puisi jauh dari kehidupan sehari-hari. karenanya perlu ada karya tulis yang bicara mengenai kehidupan sehari-hari, dan dalam bentuk yang juga dikenal masyarakat secara luas, dalam hal ini pantun.

“Dengan demikian, puisi bisa akrab kembali dengan masyarakat, dan dengan demikian, masyarakat juga berkesempatan untuk merenungkan makna kehidupannya,” ujar Simom.

Joko Kamto dan Eko Winardi

Joko Kamto dan Eko Winardi

Para pembaca pantun, yang berjudul ‘Hamba Tak Layak Menjadi Budak’ adalah orang-orang teater, yang sudah lama bergelut dengan dunia teater dan dikenal sebagai aktor. Sampai sekarang mereka masih bergiat dalam teater, selain mempunyai kegiatan sosial lainnya.

Joko Kamto misalnya, aktor dari Teater Dinasti, sekarang aktif di Komunitas Kyai Kanjeng pimpinan Emha Ainun Najib, KRT Agus Istijantonegoro, pernah aktif di Teater Dinasti, dan sekarang menekuni profesi penulis. Eko Winardi, alumni jurusan teater ISI Yogya, dan sekarang aktif di teater Perdikan pimpinan Cak Nun, juga memiliki kegaiatan pengembangan pertanian.

Pembaca yang lain, Isti Nugroho, selain pernah aktif sebagai penyair, sekarang lebih dikenal sebagai seorang aktvitis dan mengelola Rumah Dokumentasi Politik Guntur 49 di Jakarta. Pembaca satunya, Butet Kartaredjasa, selain pernah aktif di Teater Dinasti, dan dikenal sebagai aktor, dia sekarang kembali aktif menjadi seorang pelukis, satu aktivitas yang pernah dipelajari sejak masih muda, dan agak lama ditinggalkan.

Format pertunjukannya tidak di panggung seperti biasanya  Sastra Bulan Purnama diselenggarakan di Tembi Rumah Budaya. Di masa pendemi ini, dialihkan di area digital. Mereka mengambil gambar di bebarapa lokasi, untuk memberi suasana berbeda pada setiap momentum. Isti Nugroho membaca di Jakarta, dan yang lain di Yogyakarta.

KRT Agus Istijantonegoro

KRT Agus Istijantonegoro

Pantun karya Simon ini merupakan puisi yang agak panjang, dan terdiri dari beberapa bab, sehingga masing-masing pembaca memilih judul dari bab yang berbeda, sehingga kisahnya nyambung, bukan terlepas-lepas seperti umumnya puisi. Jadi, pertunjukan ini seperti kisah drama, hanya ditulis dalam bentuk pantun, tetapi ceritanya runtut.

Eko Winardi, yang bertindak selaku sutradara menyebutkan, bahwa pertunjukan pantun karya Simon ini, akan bisa dilihat secara enak, dan bukan sekadar membaca puisi sebagaimana laiknya orang membaca puisi.

“Kami mencoba memperhitungkan dalam penggarapan, sehingga meski dilihat melalui layar, tetapi terasa nyaman dan tidak menjemukan,” ujar Eko Winardi.

Sejak pertemuan dalam bentuk kerumuman tidak diperbolehkan, karena untuk memutus mata rantai covid-19, Sastra Bulan Purnama, mulai April 2020 dipindahkan secara digital di Youtube dan diberi tajuk Poetry Reading From Home.

“Tetapi membaca puisi tidak dilarang, asal tidak dalam bentuk kerumunan berupa pertunjukan di panggung yang menghadirkan orang untuk datang melihat,” kata Ons Untoro.

Poetry Reading From Home bisa dilihat dari rumah di kota mana saja, dan bisa menggunakan HP  maupun laptop. Setiap orang bisa sambil santai, tanpa perlu meninggalkan ruang tempat tinggalnya untuk menikmati acara ini. Yuladi, yang mengelola IT Tembi Rumah Budaya akan menyiapkan secara teknis pertunjukan ini secara live, sehingga publik bisa melakukan interaksi melalui chat. (*)

Category
Tags

One response

  1. Sukses selalu ya Mas mendukung untuk kemaslahatan bersama dengan Sastra dan Kebudayaan Nasional

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

×