Save Me, oil on canvas, 100 cm x 135 cm, 2020, karya Daniel Sukamto Lie-foto-a.sartono

Pameran “Merupakan” oleh Kelompok Detik’96

Kelompok seniman (perupa) Detik’96 kembali melakukan pameran. Pameran kali  ini dilaksanakan di Jogja Gallery mulai 1-15 Oktober 2020. Tentu semua dilakukan dengan mengikuti  Protokol Kesehatan. 

Seperti pada umumnya sebuah kelompok, Kelompok Detik’96 tentu terikat oleh perasaan-perasaan kedekatan yang menjadi daya ikat mereka, solidaritas, sekaligus kompetisi yang ketat antamereka di dalam karya rupa dan membentuk jati diri (identitas).

Pameran kelompok sering dipandang sebagai sebuah romantisme. Barangkali pandangan ini juga tidak meleset, namun di balik itu romantisme tetap juga menarik sebagai sesuatu. Setidaknya untuk mengintip kembali kekaryaan antarmereka sebagai anggota kelompok.

Keep Spirit, pencil, acrylic on canvas, 140 cm x 120 cm, 2020, karya Robi Fathoni-foto-a.sartono
Keep Spirit, pencil, acrylic on canvas, 140 cm x 120 cm, 2020, karya Robi Fathoni-foto-a.sartono

Tema “Merupakan” menjadi sesuatu yang menggelitik mengingat tema ini bisa dimaknai secara multidimensional. Istilah ini dapat dimaknai sebagai menjadikan/menghadirkan (seni) rupa; merupakan itu sendiri bisa juga dimaknai sebagai ‘sebagai”. Pameran itu menghadirkan rupa. Rupa dihadirkan sebagai sesuatu. Sesuatu itu bisa beraneka rupa. Sebagai ajang ekspresi, ajang olah talenta, ajang silaturahmi antarseniman dan masyarakat, ajang edukasi dan rekreasi, dan lain-lain.

Save Me, oil on canvas, 100 cm x 135 cm, 2020, karya Daniel Sukamto Lie-foto-a.sartono
Save Me, oil on canvas, 100 cm x 135 cm, 2020, karya Daniel Sukamto Lie-foto-a.sartono

Selain itu, pameran Kelompok Detik’96 kali ini dipicu oleh tulisan Prof. Dr. M Agus Burhan, dalam katalog Detik’96 yang pertama Mei 1966. Tulisan itu mengutip tulisan S Sudjojono yang berjudul “Bahaja Seorang Seniman Moeda”. Dalam vitalitasnya seniman muda dikatakan memiliki hambatan sering belum bisa membedakan kesenian yang hanya dibuat dengan kepintaran tangan saja (technische vaardegheid) dengan kesenian di dalam. Hambatan itu sering diruwetkan (verdoezelg) oleh “mani” cinta dunia.

Legenda yang Belum Usai, Instalasi, 400 x 700 cm, 2020, karya Imron Syafii-foto-a.sartono
Legenda yang Belum Usai, Instalasi, 400 x 700 cm, 2020, karya Imron Syafii-foto-a.sartono

Kehadiran pameran kelompok akan menjadi kuat jika memang anggota-anggotanya kuat. Kuat dan dalam pada sisi karya, kuat dengan konsistensinya, dan kuat dalam produktivitas dan kreativitasnya. Hal itu tentu bukan perkara mudah, namun bukannya tidak mungkin. Kekuatan individu akan mempengaruhi kekuatan kelompok. Demikian pula sebaliknya. (*)

Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×