Khalil Satta

Puisi Khalil Satta Èlman

Rendezvous dan Sebutir Purnama

masih sunyi. sudah malam.
kursi kedinginan. taman miskin percakapan.
kau tak datang, nabila.tapi purnama
setia menjalani tugasnya: menyinari
mawarmu. di hatiku.

“purnama tak datang siang hari
ia datang ketika rindu dihardik sepi.”
bibir mawar. gesekan biola berdawai
cinta. kau datang juga.

kupikir: purnama dijanjikan gerhana
kursi beranda menggigil sampai pagi tiba.
ternyata tidak. bahkan kau membikinku mahir bersajak.

malam semakin tenggelam ke mata kita
dan percakapan mengalir seamsal air.

nabila, ini kupetik sebutir purnama: khusus untukmu.

Gapura, 25 September 2020

 

Di Atas Ferry

yang kulihat hanyalah bentangan laut
sedangkan angin semakin ganas menggigilkan
sekujur tubuh. pulau-pulau ditelan kabut.

“senyum sulit kugapai. di teluk segara.
di karang rindu.” ucapku, sambil mengabaikan
lirik dari mata sayu seorang penumpang.

perjalan masih panjang!
kapal semakin mabuk kepayang!

Gapura, 23 September 2020

 

Kepada #2

ketahuilah,
janji tak ubahnya
mayat-mayat sunyi
terkapar pada keranda-keranda
yang entah menuju surga atau neraka.

Kombang, 4 Mei 2020

 

Di Ponjhuk Barat

ini kali pertama aku datang terperangah:
melihat biduk dicantikkan musim
menyaksikan camar bercinta di punggung batu
mendengarkan ombak semerdu rindu.

tapi angin di sini terlalu riuh.
sampai sekawanan capung yang sok bertapa
di kering ranting itu merasa terganggu.
apa aku harus mengusirnya dengan mantra
puisi paling purba.  ah, lagi-lagi aku lupa
bahwa puisiku begitu hambar, dan cukup sulit
untuk menghadirkan debar. mungkin
dengan asin laut yang dikirim tuhan
aku bisa menyempurnakannya.

senja sudah sempurna, dan rasanya
butir pasir di sini terlalu purna untuk
kunamai kenangan. dan mega di ufuk barat
sudah pekat. aku harus pulang.
sebab azan maghrib akan segera dikumandangkan.

Talango, 1 Mei 2020

 

Kepada #3

karena kau kalimat yang terlalu sakral
untuk kulafalkan para pendosa, sepertiku.
maka kubiarkan kau terlantun
dari sekuntum bibir seranum rembulan.

Kombang, 5 Mei 2020

Khalil Satta Èlman, nama pena dari Khalilullah lahir di Pulau Poterran, Sumenep, Madura, 7 Mei 2003. Menulis puisi dalam dwibahasa, Indonesia dan Madura sejak duduk di bangku Tsanawiyah (Setara dengan SMP). Antologi bersama a.l.; Jazirah 1,2 (2018-2019),Mahligai Penyair Titi Payung; Mengenang Damiri Mahmud (2020), Gambang Semarang (2020), Rantau; dari Negeri Poci 10 (2020)  Alumni Munsi Menulis (2020), dll. Saat ini masih nyantri di PP Al-Ghufron (Battangan) dan masih tercatat sebagai siswa kelas XII prodi IPS/2 di MA Nasyatul Mutaallimin (1) Gapura Timur, Gapura, Sumenep, Madura. Bergiat di Komunitas Asap dan Sanggar Biru Laut.

Category
Tags

No responses yet

    Leave a Reply

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    ×